K.P. SHK

Bukaka Belah Bukit Kerinci-Seblat

Kampung-Kampung Hulu Batang Merangin Akan Tenggelam

Rencana pembangunan dam atau bendungan besar dari hulu Batang Merangin yang terletak di Kabupaten Kerinci sudah lama terdengar. Baru-baru ini bukit sebelah Sungai Batang Merangin yang mengalir dari Danau Kerinci hingga ke perbatasan Bungo sudah mulai dibelah untuk upaya pelebaran jalan sekitar proyek pembangunan bendungan. Lokasi proyek ini tepatnya berada pas di tapal batas Kecamatan Muaraemat. Saat penulis melintasi jalan Jambi-Kerinci (5/11) dengan berkendaraan umum, tampak beberapa alat berat pengeruk tanah terpakir rapi di kiri jalan yang jaraknya tidak jauh dari rumah makan terakhir menuju pintu gerbang Kabupaten Kerinci.

“Pelaksananya PT. Bukaka, milik Ahmad Kalla. Rencananya untuk bangun PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air-red),” jelas Riki, salah satu tenaga honorer di Dinas Peternakan Pemda Kerinci, saat menjawab pertanyaan penulis.

Riki yang juga terlibat dalam proyek pemenuhan kebutuhan listrik se-Sumatera Timur (Bengkulu, Jambi dan Palembang) sebagai subkontraktor dari PT.Bukaka di Kerinci menjelaskan, untuk tahap pertama ini pelaksana masih memperlebar jalan utama menuju lokasi, agar alat-alat berat mudah masuk, dan kemudian akan dilanjutkan dengan pembendungan hulu Batang Merangin.

Di sekitar lokasi proyek ada puluhan desa yang daerah pemukiman penduduknya berada lebih rendah dari jalan utama Kerinci-Jambi. Salah satu desa yang akan tenggelam lebih dulu bila dimulai proyek pembendungan adalah Desa Pulau Laut. Selain itu sepanjang aliran Batang Merangin di Kecamatan Muaraemat hingga ke Danau Kerinci, terhampar luas tanaman padi masyarakat yang sedari dulu membuat Kabupaten Kerinci dikenal sebagai lumbung pangan di Jambi dan sekitarnya.

“Dari dulu nenek-mamak dan kamai (kami -red) tak pernah kurang makan, apalagi di Pulau Laut. Kamai tanam padi, tani di sini bagus, air tak kurang seperti di Jawa, ” jawab Judin, seorang petani asal Desa Pulau Laut saat ditanya penulis yang kebetulan satu kendaraan menuju Sungai Penuh, Ibu Kota Kabupaten Kerinci.

Pembangunan PLTA yang (Memorandum of Agreement) MoA-nya telah ditandatangani bupati Kerinci, Fauzi Siin, pada 5 Nopember tahun lalu merupakan usaha bersama luar negeri antara PT Binateknik, PT PLN, dengan badan usaha milik Kerjaan Norwegia yang bernilai 500 juta dollar Amerika. Namun dari beberapa sumber yang ditemui penulis, proyek PLTA yang berkuatan 380 Mwatt ini beralih isu ke proyek perluasan jalan utama Kerinci-Jambi.

“Kami pernah menanyakan pembelahan bukit di Muaraemat itu. Pemda Kerinci bilang, untuk perluasan jalan, agar hasil bumi Kerinci mudah didistribusikan ke Jambi,” komentar Arif, Direktur Eksekutif Daerah Jambi.

WALHI Jambi adalah pihak yang pertama kali mengkhawatirkan terjadinya penenggelaman kampung-kampung di sekitar Hulu Batang Merangin dan Danau Kerinci. Pembangunan bendungan dan sekaligus pembangkit listrik ini pernah diprotes WALHI Jambi pada masa Orde Baru, saat dimana Fauzi Siin masih menjabat sebagai Kepala PU di Kabupaten Bogor. WALHI dengan membawa laporan keberatan atas pembangunan bendungan oleh Masyarakat Adat Kluru, saat itu meminta pemerintah mengurungkan niatnya melakukan pembangunan PLTA Merangin.

Kini, dengan dimulainya pembelahan bukit di sebelah Batang Merangin oleh PT.Bukaka bersama subkontraktor lokal, proyek penenggelaman kampung-kampung di hulu Batang Merangin dan Danau Kerinci tak dapat dielakkan. Pesta Danau Kerinci pun akan menjadi tradisi yang berdiri atas penenggelaman kampung-kampung penghasil beras bagi Kabupaten Kerinci dan sekitarnya. (tJong)

One thought on “Bukaka Belah Bukit Kerinci-Seblat

  1. klo menurut saya dr sudut pandang pengetahuan yang saya punya (landscape).. saya rasa pembangunan PLTA sah-sah saja. selama pembangunannya tidak membuat terganggunya sistem ekologis secara signifikan.

    pelebaran jalan saya rasa sangat baik, guna meningkatkan pendapatan penduduk kerici itu sendiri. kalo tidak dilakukan hal benar2 membuktikan bahwa memang daerah di kwasan lindung( hutan) rata2 penduduknya miskin.

    masalah ada desa yang ditenggelamkan, boleh dilaksanakan asalkan memang masyarakat merelakan meberikan tanahnya, dan perlu di konpensasi dengan lahan lainnya sehingga dpt meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut.

    bagaimana pun pembangunan PLTA ini adalah untuk kemaslahatan indonesia di mana banyak daerah membutuhkan listri..

    pembangunan PLTA harus selaras dengan ekologi daerah tersebut.

Leave a Reply

Lihat post lainnya