K.P. SHK

Sumur Bor Jadi Andalan Mencegah Karhutla

Siapa sangka, sumur bor bisa menjadi pahlawan diam-diam di tengah hutan gambut? Di empat hutan desa di Kahayan Hilir yaitu Buntoi, Mantaren I, Kalawa, dan Gohong. Sumur bor bukan hanya sumber air biasa, tetapi juga tameng penting melawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kalau kita menengok ke belakang, kawasan ini pernah mengalami luka yang dalam. “Kebakaran besar terjadi pada tahun 2015, 2019, dan 2023 yang melanda kawasan hutan desa dan kebun masyarakat. Akibatnya, ekosistem hutan rusak, keanekaragaman flora-fauna menurun, kualitas air juga ikut merosot,” terang Abdul Azis, Peat Restoration Manager (PRM) KPSHK.

Gambut yang kering ibarat bara dalam sekam gampang sekali terbakar, apalagi saat musim kemarau panjang.

Tak mau terus menjadi langganan asap, KPSHK bersama tim penjaga hutan, dan LPHD akhirnya bergerak. Mereka mulai membangun sumur bor di titik-titik rawan terbakar. “Tujuan pembuatan sumur bor ini adalah sebagai alat bantu untuk tim patroli, LPHD, dan masyarakat dalam melakukan pembasahan saat menghadapi musim kemarau serta membantu penanggulangan karhutla,” jelas Abdu Azis.

Program ini dijalankan secara bertahap. Hebatnya, hingga tahun ketiga program kemarin, sudah terbangun sebanyak 80 titik sumur bor di empat hutan desa. Setiap sumur bor ditempatkan di lokasi-lokasi strategis agar memudahkan tim saat darurat.

Bayangkan saat musim kemarau tiba, tanah gambut kering sampai retak-retak. Dulu, saat api muncul, masyarakat kelabakan mencari sumber air untuk memadamkan. Kini, dengan adanya sumur bor, tim penjaga hutan tidak lagi terlalu cemas. Mereka bisa langsung mengambil air di lokasi yang sebelumnya rawan terbakar.

“Hasil yang diharapkan dari pembangunan sumur bor yaitu terbantunya tim patroli, LPHD, dan masyarakat untuk pembasahan, karena sumur bor sudah ada di areal rawan karhutla,” terang Ganti, Tim Penjaga Hutan. Sumur bor ini ibarat siaga satu, menunggu jika api kembali mencoba datang.

Tentu saja pekerjaan ini bukan tanpa tantangan. Ada sumur yang sulit dibuat karena sumber airnya dalam atau tanahnya mudah runtuh. Bahkan pernah, saat bulan September Tahun 2024, pembangunan di tiga desa sempat tertunda karena tim sibuk memadamkan karhutla di Gohong.

LPHD dan tim patroli tetap kompak merawat sumur bor yang sudah ada. “Perawatan rutin dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, termasuk pengurasan dan pembersihan sekitar sumur,” tulis Ganti.

Dengan 80 titik sumur bor yang sudah dibangun, air kini lebih dekat, risiko kebakaran bisa ditekan. Ekosistem gambut pun perlahan pulih, memberi tempat hidup kembali bagi flora dan fauna.

Yang paling penting, masyarakat kini merasa lebih siap. Dari sebelumnya selalu was-was saat melihat asap di kejauhan, kini mereka punya senjata ampuh untuk membasahi lahan sebelum api sempat membesar. Kalau sumur bor ini terus dijaga dan dirawat, siapa tahu nanti kisah Kahayan Hilir bisa jadi inspirasi daerah lain: bahwa memadamkan api bukan hanya soal selang dan air, tapi juga soal gotong royong, keberanian berubah, dan merawat sumur harapan bersama-sama.

Penulis: Alma
Editor: JW

Leave a Reply

Lihat post lainnya