Konflik Kawasan Berlarut-Larut
Sejauh mata memandang dari udara, saat pesawat bersiap mendarat, kawasan hutan Riau tak ubahnya petak-petak persawahan. Setelah makin dekat bukan persawahan, tetapi areal hutan tanaman untuk plup-kertas dan sawit yang berselang seling dalam hamparan luas bekas kawasan hutan rawa-gambut Riau (12/12).
Riau adalah propinsi yang memiliki hutan rawa-gambut terluas di Pulau Sumatera. Hutan rawa-gambut di Semenanjung Kampar yang seluas 700.000 ha, saat ini ditengarai menjadi areal perebutan dua raksasa besar perusahaan pulp-kertas, yaitu Indah Kiat dan Riau Pulp.
“Beberapa tahun belakangan ini, ada inisiatif perusahaan untuk menjadikan kawasan Semenanjung Kampar jadi Kampar Ring. Proyek ini yang kami tolak, karena di lingkar kawasan hutan rawa-gambut yang masih bagus ini akan dibangun hutan tanaman,” jelas Hariansyah dari Jikalahari.
Menurut Hariansyah, Proyek Kampar Ring tersebut meliputi dua wilayah kabupaten, Kabupaten Palalawan dan Kabupaten Siak. Saat ini Hariansyah menuturkan, sudah ada ijin pembukaan seluas 350.000 ha di Semenanjung Kampar. Dan beberapa pihak termasuk internasional, Greepeace dan WWF menolak untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi hutan tanaman. Dan sebelumnya sempat ada usulan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi hutan.
“Beberapa hal di kawasan itu, adalah wilayah garapan masyarakat. Jadi ini yang kemudian menyulut konflik kawasan di wilayah tersebut, ” ungkap Ahmad Zazali dari Scale Up.
“Untuk penyelesaian konflik kawasan perlu upaya penyelesaian. Tanpa upaya menuju penyelesaian, hal ini akan semakin berlarut-larut, ” jelas Zazali lebih lanjut.
Marjuki, wakil masyarakat Teluk Meranti, juga menegaskan, saat ini masyarakat sudah melakukan upaya-upaya menuju penyelesaian konflik. Beberapa kali masyarakat dan perusahaan sudah melakukan pertemuan. Bahkan sudah ke tingkat yang lebih maju, perusahaan akan mendukung usaha masyarakat dalam bentuk Hutan Tanaman Industri Rakyat (HTR).
“Sebagian besar pohon sagu masyarakat sudah tergusur oleh hutan tanaman. Sagu, jagung, ketela pohon, dan perikanan rawa adalah penghasilan dan sekaligus sumber pangan masyarakat. Sejak mulai dibuka kanal-kanal hutan tanaman, justru ada dilemma. Kanal menjadi jalur transportasi sekaligus menyebabkan beberapa kawasan gambut kering dan mudah terbakar,” jelas Irsyadul dari Kaliptra, Riau.
“Kami dengan beberapa pihak akan mengusulkan kawasan tersebut untuk menjadi kawasan biosfer. Kalau tidak ini akan menjadi ancaman berikutnya bagi masyarakat Riau dan sekitarnya. Banjir sering terjadi dari banyaknya kanal-kanal hutan tanaman yang menutup sungai-sungai alam. Dan saat kemarau tiba pasti gambutnya terbakar,” jelas Hariansyah. (tJong)