Kebijakan pembatasan ekspor rotan tidak hanya soal kuota, tapi meliputi jenis rotan. Di level pengumpul, permintaan rotan basah pun berubah. Dulu rotan-rotan jenis ekspor ditentukan berdasarkan ukuran diameter rotan, tapi sekarang tidak. Permendag No.36 tahun 2009 telah berdampak kepada pengambilan jenis rotan di tingkat petani pemungut rotan di Toima, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (17/09).
“Yang paling tinggi harganya sekarang rotan batang putih. Rotan putih di sini mencapai 1.500 per kg. Dan ini berbeda dengan dulu. Kalau dulu harga ditentukan berapa diameternya,” ujar Sutoyo (40 th), pengumpul (baca: koordinator) rotan, di kediaman di Toima.
Jenis rotan di Toima meliputi banyak jenis. Batang putih, batang merah, rotan wajah, rotan buku dan rotan kaku’un adalah jenis-jenis rotan di kawasan hutan Toima. Rotan kaku’un, rotan berbatang kecil yang harga paling mahal dari sekian rotan yang ada di Toima, Pagimana dan Lobu. Harga per kg rotan kaku’un mencapai 5000 rupiah.
“Pemungut rotan di sini dikoordinir oleh seorang koordinator. 3-4 orang untuk satu koordinator. Petani pemungut ini biasanya dibayar muka oleh koordinator yang jalani di lapangan. Tapi ada juga yang tidak bergantung ke koordinator,” jelas lebih lanjut Sutoyo tentang petani pemungut rotan di Toima.
Koordinator umumnya dari warga Toima setempat. Bahkan babinsa (aparat keamanan tentara atau polisi di tingkat desa) juga biasa menjadi koordinator rotan. Rotan sebagai hasil hutan bukan kayu, pajak atau retribusinya di Toima dibayarkan oleh koordinator ke balai hasil hutan Untuk desa biasanya, ada pungutan yang besarnya tidak tentu, bahkan ala kadarnya, bergantung kepala desa.
Bergantung Sungai Toima
Rotan basah yang baru dipungut dari hutan biasanya diangkut melalui aliran sungai besar. Di Toima terdapat sungai besar, yaitu Sungai Toima. Dengan rakit petani pemungut rotan mengangkut rotan basah ke tempat penimbangan di muara sungai yang dekat dengan pelabuhan angkut rotan. Pelabuhan laut yang dekat dengan Toima adalah Pelabuhan Bunta dan Pelabuhan Pagimana yang terletak di Pesisir Utara Kabupaten Banggai.
“Rotan terdapat di wilayah tinggi. Di kawasan hutan yang saat ini banyak tambang dan HPH (hak pengusahaan hutan –red). Untuk mempermudah akut, petani pemungut biasanya menjatuhkan ke aliran sungai-sungai kecil yang curam atau sungai besar dengan rakit. Di Toima umumnya mengalirkan lewat Sungai Toima,” ujar Sutoyo.
Walau adanya alih fungsi hutan untuk tambang dan masih beroperasi HPH di Toima, menurut penuturan Sutoyo, petani pemungut rotan di Toima tidak berkurang dari segi jumlah. Daerah Pesisir Utara Banggai sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan dan pantai yang merupakan lumbung padi Banggai, rotan adalah penghasilan berikutnya setelah padi dan kelapa.
“Di Toima sudah ada mebel rotan tingkat rumah tangga. Hampir beberapa rumah tangga di sini menggunakan kursi dan meja rotan dari industri rumah tangga mebel rotan itu,” jelas Sutoyo tentang adanya satu industri mebel skala rumah tangga di Toima. (tJong).