K.P. SHK

Rotan di Udara

Talkshow On air. Acara ini diselenggarakan oleh Green Radio. Jl.Utan Kayu No.68H Jakarta 13120.

Talkshow pertama KpSHK tentang Profil KpSHK. Talkshow kali kedua ini seputar Rattanation yang telah diselenggarakan KpSHK di hotel Bidakara, Jakarta 14-15 Juli 2010.

“89,2 Green Radio the eco life style of jakarta selamat malam Sahabat Green! Kita berjumpa lagi di ‘Kabar Komunitas Green’ yang hadir setiap Selasa Malam pukul 8 s/d 9. Kabar Komunitas Green ini adalah wadah bagi komunitas dalam menyampaikan berbagai informasi kegiatannya” ini kalimat pembuka dari penyiar saat mengudara.

Sambungnya “Dihari Selasa 3 Agustus 2010, hari ini saya Eka Juli akan mengajak anda untuk mendengarkan perbincangan soal forum yang terdiri dari sejumlah LSM lingkungan yang menaruh perhatian besar terhadap kerusakan hutan di Indonesia yaitu Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan atau KpSHK” begitu ia memperkenalkan KpSHK di udara.

Lanjutnya “Ya, karena sejak lebih dari dua dekade terakhir ini, para aktivis penyelamat hutan berjuang mencari cara untuk menghentikan kerusakan hutan di Indonesia. Sejumlah strategipun disusun dan dilakukan, salahsatunya yaitu menuntut pemerintah untuk menutup seluruh kegiatan pembalakan kayu komersial yang dinilai anti rakyat dan anti ekologi.
Sahabat Green, strategi ini diwujudkan melalui kampanye, advokasi, debat publik, demonstrasi, aksi, penyebaran informasi dan lain- lain. Banyak yang sudah dilakukan…..” begitu lugas Eka Juli mengupas profil KpSHK.

Untuk selanjutnya perbincangan dimulai “Segar sekali sepertinya! Sekarang kita berbicara masalah rotan yang pasti ada kaitannya dengan hutan. Apa kaitannya, upaya meningkatkan kembali hasil hutan non kayu terutama rotan dengan kondisi hutan di Indonesia ?” satu pertanyaan pembuka disasarkan ke Mohammad Djauhari selaku Koordinator Nasional KpSHK.

“Perspektif & anggapan banyak pihak, hutan ini selalu diambil manfaatnya, banyak dari dahulu masyarakat mengupayakan hutan justru bukan kayunya, tapi lebih banyak ke hasil hutan non kayu, salah satu yang berkembang pesat dari dahulu adalah rotan sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK). Rotan berkaitan dengan konservasi hutan, karena salah satu syarat tumbuh & berkembangnya rotan di hutan-hutan tropis, berkaitan dengan adanya tegakkan di hutan, tanpa adanya tegakkan di hutan rotan tidak akan tumbuh berkembang” begitu balas Djauhari.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya meluncur deras dari penyiar ini, antara lain bagaimana nilai rotan, apakah rotan komoditas yang menjanjikan, daerah mana saja yang terkenal penghasil rotan, Kalimantan sebagai sentra rotan apakah ekonomi masyarakatnya sudah maju karena rotan, mengapa KpSHK menyoroti rotan, ada apa dengan rotan di Indonesia, dll.

Dengan tegas Djauhari menjelaskan satu persatu pertanyaan penyiar “…..Banyak hal di sektor ini, mulai dari regulasi, kebijakan ekspor, tataniaga, sampai pada persoalan rotan budidaya dan rotan bukan budidaya. Dulu menjadi rebutan di pelaku dagangnya, asosiasi pengusaha rotan yang mengandalkan bahan baku rotan dan asosiasi yang mengandalkan rotan setengah jadi, saling memepengaruhi kebijakan, bahkan ada monopoli di situ. Pertarungannya begitu kuat sampai sekarang…….” Begitu jawab Djauhari mengenai pertanyaan kurangnya perhatian pemerintah.

Green Radio “Indonesia dikenal sebagai pengekspor rotan terbesar di dunia, sekarang ini nasibnya seperti apa ?”

KpSHK “Kondisi sekarang serba tidak jelas, disisi petani pengumpul menyatakan kita banyak stok rotan, kita panen rotan tapi tidak ada harganya. Ditanya pedagangnya menyatakan sekarang sangat susah mencari rotan, petani sudah tidak mau mengambil rotan, pengumpul sudah beralih profesi. Di pihak eksportir kebingungan, menyatakan harusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, boleh ekspor semua jenis rotan tidak perlu ada pembatasan kuota. Di pihak pengusaha mebel dan kerajinan rotan protes tidak boleh ekpsor. Padahal semua serba tidak jelas! Pemerintah di tingkat nasional, hanya memfasilitasi kepentingan pengusaha di hilir yaitu pengusaha mebel dan kerajinan rotan”.

Perbincangan juga mengundang pemirsa untuk berpartisipasi atau pertanyaan seputar talkshow hutan atau kondisi rotan di Indonesia, di nomor (hp) 0813 8100 0892.

Green    Radio “ Berbicara rotan, anda pendengar tentu masih ingat peribahasa ‘tak ada rotan akar pun jadi’  peribahasa ini menyiratkan bahwa secara ekonomis rotan memiliki nilai yang sangat tinggi, tapi sejak beberapa tahun terakhir perkembangan industri rotan dalam negeri cenderung kurang menggembirakan karena menghadapi persoalan yang sangat serius yakni ‘keterbatasan bahan baku’ benarkah demikian? Atau ada permasalahan yang lebih gawat dari itu ? Benarkah popularitas rotan indonesia semakin menurun ?”

Sampai ke bagaiman dampak terburuknya ? Dampak terburuk petani tidak akan mengusahakan rotan lagi. Rotan bergantung tegakkan hutan, sementara alih fungsi lahan sudah gila-gilaan. Di Kalimantan Timur, Kutai Barat tepatnya Kedang Pahu yang dulu populer sebagai penghasil rotan sekarang sudah alih fungsi menjadi kebun sawit, menjual lahannya jadi tambang.

Strategi KpSHK untuk bertindak cepat supaya rotan tidak punah ?

Saat ini KpSHK, berupaya untuk mengajak semua pihak membahas persoalan-persoalan krusial rotan. Beberapa waktu lalu KpSHK mengadakan suatu acara mempertemukan semua pelaku sektor rotan, petani pemungut, pengumpul, pemerintah daerah, pelaku usaha ekportir, pengusaha mebel dan kerajinan rotan. Meminta mereka saling berkomunikasi bagaimana menjawab semua ini. Tekanan yang terpenting adalah kepada pemerintah. Pemerintah harus menjawab, memfasilitasi bagaimana bangkit dari keterpurukan ini? Kalau tidak dalam waktu dekat sangat ekstrim rotan tidak akan bangkit lagi menjadi komoditas andalan indonesia. Satu sisi memperkuat komunikasi antar pelaku, memperbaiki regulasi, kebijakan pemerintah. Kedua memperkuat jejaring di tingkat petani, pengumpul, pengusaha.

Himbauan Djauhari “Bagi pengusaha STOP dong soal polemik bersaing untuk mempengaruhi kebijakan!”

Talkshow On air. Acara ini diselenggarakan oleh Green Radio. Jl.Utan Kayu No.68H Jakarta 13120.

Talkshow pertama KpSHK tentang Profil KpSHK. Talkshow kali kedua ini seputar Rattanation yang telah diselenggarakan KpSHK di hotel Bidakara, Jakarta 14-15 Juli 2010.

89,2 Green Radio the eco life style of jakarta selamat malam Sahabat Green! Kita berjumpa lagi di ‘Kabar Komunitas Green’ yang hadir setiap Selasa Malam pukul 8 s/d 9. Kabar Komunitas Green ini adalah wadah bagi komunitas dalam menyampaikan berbagai informasi kegiatannya” ini kalimat pembuka dari penyiar saat mengudara.

Sambungnya “Dihari Selasa 3 Agustus 2010, hari ini saya Eka Juli akan mengajak anda untuk mendengarkan perbincangan soal forum yang terdiri dari sejumlah LSM lingkungan yang menaruh perhatian besar terhadap kerusakan hutan di Indonesia yaitu Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan atau KpSHK” begitu ia memperkenalkan KpSHK di udara.

Lanjutnya “Ya, karena sejak lebih dari dua dekade terakhir ini, para aktivis penyelamat hutan berjuang mencari cara untuk menghentikan kerusakan hutan di Indonesia. Sejumlah strategipun disusun dan dilakukan, salahsatunya yaitu menuntut pemerintah untuk menutup seluruh kegiatan pembalakan kayu komersial yang dinilai anti rakyat dan anti ekologi.

Sahabat Green, strategi ini diwujudkan melalui kampanye, advokasi, debat publik, demonstrasi, aksi, penyebaran informasi dan lain- lain. Banyak yang sudah dilakukan…..” begitu lugas Eka Juli mengupas profil KpSHK.

Untuk selanjutnya perbincangan dimulai “Segar sekali sepertinya! Sekarang kita berbicara masalah rotan yang pasti ada kaitannya dengan hutan. Apa kaitannya, upaya meningkatkan kembali hasil hutan non kayu terutama rotan dengan kondisi hutan di Indonesia ?” satu pertanyaan pembuka disasarkan ke Mohammad Djauhari selaku Koordinator Nasional KpSHK.

“Perspektif & anggapan banyak pihak, hutan ini selalu diambil manfaatnya, banyak dari dahulu masyarakat mengupayakan hutan justru bukan kayunya, tapi lebih banyak ke hasil hutan non kayu, salah satu yang berkembang pesat dari dahulu adalah rotan sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK). Rotan berkaitan dengan konservasi hutan, karena salah satu syarat tumbuh & berkembangnya rotan di hutan-hutan tropis, berkaitan dengan adanya tegakkan di hutan, tanpa adanya tegakkan di hutan rotan tidak akan tumbuh berkembang” begitu balas Djauhari.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya meluncur deras dari penyiar ini, antara lain bagaimana nilai rotan, apakah rotan komoditas yang menjanjikan, daerah mana saja yang terkenal penghasil rotan, Kalimantan sebagai sentra rotan apakah ekonomi masyarakatnya sudah maju karena rotan, mengapa KpSHK menyoroti rotan, ada apa dengan rotan di Indonesia, dll.

Dengan tegas Djauhari menjelaskan satu persatu pertanyaan penyiar “…..Banyak hal di sektor ini, mulai dari regulasi, kebijakan ekspor, tataniaga, sampai pada persoalan rotan budidaya dan rotan bukan budidaya. Dulu menjadi rebutan di pelaku dagangnya, asosiasi pengusaha rotan yang mengandalkan bahan baku rotan dan asosiasi yang mengandalkan rotan setengah jadi, saling memepengaruhi kebijakan, bahkan ada monopoli di situ. Pertarungannya begitu kuat sampai sekarang…….” Begitu jawab Djauhari mengenai pertanyaan kurangnya perhatian pemerintah.

Green Radio “Indonesia dikenal sebagai pengekspor rotan terbesar di dunia, sekarang ini nasibnya seperti apa ?”

KpSHK “Kondisi sekarang serba tidak jelas, disisi petani pengumpul menyatakan kita banyak stok rotan, kita panen rotan tapi tidak ada harganya. Ditanya pedagangnya menyatakan sekarang sangat susah mencari rotan, petani sudah tidak mau mengambil rotan, pengumpul sudah beralih profesi. Di pihak eksportir kebingungan, menyatakan harusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, boleh ekspor semua jenis rotan tidak perlu ada pembatasan kuota. Di pihak pengusaha mebel dan kerajinan rotan protes tidak boleh ekpsor. Padahal semua serba tidak jelas! Pemerintah di tingkat nasional, hanya memfasilitasi kepentingan pengusaha di hilir yaitu pengusaha mebel dan kerajinan rotan”.

Perbincangan juga mengundang pemirsa untuk berpartisipasi atau pertanyaan seputar talkshow hutan atau kondisi rotan di Indonesia, di nomor (hp) 0813 8100 892.

Green Radio “ Berbicara rotan, anda pendengar tentu masih ingat peribahasa ‘tak ada rotan akar pun jadi’ peribahasa ini menyiratkan bahwa secara ekonomis rotan memiliki nilai yang sangat tinggi, tapi sejak beberapa tahun terakhir perkembangan industri rotan dalam negeri cenderung kurang menggembirakan karena menghadapi persoalan yang sangat serius yakni ‘keterbatasan bahan baku’ benarkah demikian? Atau ada permasalahan yang lebih gawat dari itu ? Benarkah popularitas rotan indonesia semakin menurun ?”

Sampai ke bagaiman dampak terburuknya ? Dampak terburuk petani tidak akan mengusahakan rotan lagi. Rotan bergantung tegakkan hutan, sementara alih fungsi lahan sudah gila-gilaan. Di Kalimantan Timur, Kutai Barat tepatnya Kedang Pahu yang dulu populer sebagai penghasil rotan sekarang sudah alih fungsi menjadi kebun sawit, menjual lahannya jadi tambang.

Strategi KpSHK untuk bertindak cepat supaya rotan tidak punah ?

Saat ini KpSHK, berupaya untuk mengajak semua pihak membahas persoalan-persoalan krusial rotan. Beberapa waktu lalu KpSHK mengadakan suatu acara mempertemukan semua pelaku sektor rotan, petani pemungut, pengumpul, pemerintah daerah, pelaku usaha ekportir, pengusaha mebel dan kerajinan rotan. Meminta mereka saling berkomunikasi bagaimana menjawab semua ini. Tekanan yang terpenting adalah kepada pemerintah. Pemerintah harus menjawab, memfasilitasi bagaimana bangkit dari keterpurukan ini? Kalau tidak dalam waktu dekat sangat ekstrim rotan tidak akan bangkit lagi menjadi komoditas andalan indonesia. Satu sisi memperkuat komunikasi antar pelaku, memperbaiki regulasi, kebijakan pemerintah. Kedua memperkuat jejaring di tingkat petani, pengumpul, pengusaha.

Himbauan Djauhari “Bagi pengusaha STOP dong soal polemik bersaing untuk mempengaruhi kebijakan!”

Leave a Reply

Lihat post lainnya