Purnawati Nunang (36), bagai matahari pagi yang menyinari Kelurahan Kalawa, memancarkan semangat yang tak pernah redup. Di bawah kepemimpinannya, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Madu Kelulut tumbuh subur seperti pohon yang akarnya menghujam kuat ke dalam bumi. Dengan tangan yang tangguh namun penuh kelembutan, ia membimbing kelompoknya, menyemai harapan di tengah tantangan. Setiap langkahnya bagaikan angin yang bertiup lembut, tetapi membawa kekuatan besar untuk menggerakkan perubahan.
Purnawati dan kelompoknya tak hanya sekadar membudidayakan madu kelulut, mereka merawat kehidupan. Di setiap tetes madu yang dihasilkan, tersimpan kisah perjuangan panjang dan kerja keras yang tanpa lelah.
“Madu ini adalah cerminan kami, manis, penuh manfaat, dan lahir dari sinergi alam dan usaha kami,” ujar Purnawati dengan senyum yang menguatkan.
Ia memimpin bukan hanya dengan suara, tetapi dengan teladan. Di bawah arahannya, kelompok KUPS belajar menghargai alam, menjaga kelulut seolah menjaga kehidupan mereka sendiri. Purnawati tetap teguh di tengah kepungan panas dan tantangan pasar, seperti pohon besar yang tetap kokoh meski diterpa angin kencang.
“Kami tidak hanya menghasilkan madu, tapi juga menjaga hutan yang menjadi sumber penghidupan kami,” ungkap Purnawati, meluncur dari bibirnya dengan penuh keyakinan, seakan-akan tiap tetes madu yang dihasilkan adalah buah dari perjuangan dan dedikasi.
Budidaya madu kelulut juga berkaitan erat dengan upaya menjaga hutan dari kebakaran. Meski budidaya dilakukan di sekitar permukiman, keberadaan hutan tetap penting karena asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan dapat menyebabkan lebah kelulut pergi meninggalkan sarangnya. Oleh karena itu, menjaga hutan agar tidak terbakar menjadi salah satu alasan utama dalam membudidayakan madu kelulut, karena keberlanjutan produksi madu sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang bebas dari asap dan kebakaran.
Madu kelulut bukan hanya sekadar cairan manis, ia adalah hasil dari kolaborasi alam dan manusia. Seperti simfoni yang harmonis, lebah kelulut bekerja tanpa henti, mengumpulkan sari bunga dari hutan yang terjaga.
“Dalam setiap sarang kecil mereka, tersimpan cairan emas yang berkhasiat, madu kelulut yang dipercaya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan,” jelas Purnawati
Purnawati melanjutkan, bahwa setiap kali melihat lebah-lebah kecil itu bekerja, saya merasa seperti mereka mengajarkan kami arti kerjasama. Kecil, tapi kuat karena mereka bersatu. Benar saja, usaha madu kelulut ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan alam. Masyarakat sekitar tidak lagi memandang hutan sebagai ladang yang bisa digarap semata, tetapi sebagai aset yang harus dijaga agar terus memberikan manfaat jangka panjang.
Dalam usaha yang terus tumbuh ini, KUPS Madu Kelulut Kalawa tidak hanya berjuang menghadapi tantangan pasar, tapi juga menjaga keberlanjutan hutan. Setiap hari, Purnawati dan anggota KUPS memeriksa sarang, memastikan bahwa lebah-lebah kelulut bekerja dengan baik, sembari menjaga pohon-pohon yang menjadi tempat mereka tinggal.
“Kami belajar dari lebah kelulut,” kata Purnawati, sambil tersenyum.
Menurut Purnawati bahwa lebah kelulut itu kecil, tapi sangat berharga. Seperti itulah harapan Purnawati dan kelompoknya ingin dikenal meski usaha mungkin tidak besar. Tapi KUPS Madu Kelulut Kalawa ingin memberi manfaat yang besar bagi masyarakat.
Melalui madu kelulut, KUPS tidak hanya menciptakan produk yang bernilai tinggi, tetapi juga menjadi penjaga hutan. Dengan setiap tetes madu yang dihasilkan, mereka membawa pesan penting bahwa harmoni antara manusia dan alam adalah kunci bagi masa depan yang lestari.
Penulis : Alma
Editor : Joko W.
Uploader : Aris