Catatan Syam Asinar Radjam
Hutan Po Sa (Broussonetia papyrifera), sejenis murbai atau mulberry menjadi penyokong utama industri pariwisata. Itulah yang terjadi di Luang Prabang, Laos. Terutama di desa-desa pengrajin kertas seni dan penenun kain sutera. Desa Ban Xang Khong dan Ban Xieng Lek, misalnya.
Kedua desa itu hanya berjarak sekitar 2 km di arah utara kota tua Luang Prabang yang merupakan situs warisan dunia UNESCO . Cukup berjalan kaki ke tempat Sungai Khan (Nam Khan) bermuara ke Sungai Mekong. Di sana tersedia jembatan bambu. Turis asing yang hendak melintas jembatan hanya perlu membayar 10.000 kip.
Kegiatan sehari-hari masyarakat di sana menjadi atraksi yang diminati turis. Terutama mereka yang ingin melihat bagaimana proses pembuatan kertas dan sutera secara alami.
Kertas dan sutra merupakan komoditas hasil kerajinan rakyat yang juga cinderamata khas Luang Prabang. Keduanya diproduksi dapat menjadi produk berkelanjutan berkat pelestarian tumbuhan “Po Sa”.
Di kawasan ini, Po Sa dibudidayakan secara alami. Ditanam di hutan pekarangan, dipadukan dengan hutan kebun, maupun di hutan campuran berssama pohon-pohon jati, mahoni, dll.
“Bagi kami, Po Sa tanaman penuh berkah,” aku salah satu pengrajin kertas di Ban Xi Lek. “Hasilnya dobel!”
Warga setempat memanen pohon Po Sa dengan memangkas dahan-dahannya. Maka didapatlah daun dan kulit kayu. Daun Po Sa merupakan pakan ulat sutera. Kulit kayu dari dahan Po Sa diambil seratnya sebagai bahan baku pembuatan kertas. ###
————————————-