K.P. SHK

Plastik vs Rotan

Kebijakan Pemerintah yang membatasi ekspor rotan ke luar negri telah membuat industri mebel di luar negeri kekurangan bahan baku furnitur rotan sehingga para ahli dunia menciptakan rotan imitasi yang terbuat dari plastik sebagai bahan baku alternatif. Celakanya, rotan plastik ini malah memiliki berbagai keunggulan dibandingkan rotan alam dan semakin diminati orang-orang, baik di luar negri maupun di Indonesia sendiri.

Rotan plastik memang lebih awet ketimbang rotan alam karena terbuat dari PE (Polyethylene). Tidak seperti rotan alam yang tidak tahan cuaca dan iklim, rotan plastik sangat tahan terhadap terpaan panas dan hujan, baik bila ditempatkan di dalam maupun di luar ruangan. Saking awetnya hingga mampu bertahan sampai berabad-abad karena sulit terdegradasi. Rotan plastik tidak dapat dimakan rayap. Justru nantinya setelah tidak terpakai lagi, furnitur rotan plastik akan menjadi sampah yang sulit terurai dan menumpuk, sama seperti berbagai barang plastik lainnya. Rotan plastik lebih awet, namun tidak ramah lingkungan. Terobosan yang sangat menjatuhkan rotan alami adalah rotan plastik memiliki banyak pilihan warna dan gradasi warna sedangkan rotan alam hanya tampil dengan warna-warna alami. Teksturnya pun lebih halus dan lebih lentur daripada rotan alam. Sepintas tidak ada bedanya antara rotan plastik dengan rotan alam. Beberapa keunggulan ini mampu mendongkrak harga rotan imitasi hingga di atas harga rotan alam. Peminatnya pun diyakini makin mengungguli rotan alam sehingga dikhawatirkan akan mematikan pasar bagi rotan alam.

Mungkin kelebihan-kelebihan ini patut dijadikan refleksi bagi pengrajin mebel rotan alam di Indonesia yang masih bertahan. Sejak dulu, furnitur rotan kita tampil begitu-begitu saja, tanpa ada inovasi baru. Meskipun dinilai klasik, dan all time favourite, tidak seharusnya kita terpaku pada model yang itu-itu saja. Perlu ada pengembangan dalam hal desain, teknologi, dan mutu dengan memperhatikan keinginan konsumen. Kalau tidak dikembangkan, industri rotan alam akan selalu kalah saing.

Sebagai konsumen, kita harus bijaksana dan pintar memilah-milah, jangan hanya demi beberapa fitur unggul dan tampilan modern yang dimiliki rotan plastik, kita beralih begitu saja. Kita harus memikirkan juga dampak jangka panjangnya. Membeli dan menggunakan rotan imitasi sama saja mendukung pertumbuhan rotan plastik yang bahan bakunya diimpor dari Jerman, dan mematikan rotan alam Indonesia yang menjadi sumber penghidupan bagi 2,3 juta petani pemungut rotan. Jangan sampai kita menunggu negara pesaing seperti Italia, China, Vietnam, ataupun negara lainnya menjadi brand utama rotan di dunia, padahal 85 % populasi rotan dunia ada di Indonesia. Rotan alam Indonesia harus tetap dilestarikan. Sebagai bangsa yang diberi potensi luar biasa oleh Tuhan, kita patut berbangga. Mencintai rotan sama dengan mencintai Indonesia.

One thought on “Plastik vs Rotan

Leave a Reply

Lihat post lainnya