“Kami melakukan riset biodiversitas ini untuk mendukung program ekowisata Sistem Hutan Kerakyatan di Tahura Wan Abdul Rahman”, ungkap Agus, Ketua SHK Lestari, Desa Hurun, Tahura WAR.
BANDAR LAMPUNG-Sambil menunggu kepastian hak pengelolaan atas sebagian areal di kawasan Tahura Wan Abdul Rahman (WAR), Bandar Lampung, kelompok petani hutan SHK Lestari yang didampingi oleh Kawan Tani telah melakukan upaya-upaya konservasi alam. Salah satunya melakukan riset biodiversitas (keragaman hayati) di Blok Kehutanan Sosial, Kawasan Tahura WAR.
Hasil riset biodiversitas yang mendapatkan dukungan dari SEMEO-SEARCA (jaringan penelitian universitas negeri se-Asia Tenggara) ini menjadi bahan seminar “Riset Partisipatif Keanekaragaman Hayati di Tahura Wan Abdul Rahman” (19/9).
“Riset ini dilakukan sebagai upaya apresiasi manusia kepada alam”, jelas Agus, Ketua SHK Lestari di sela-sela seminar.
Sejak 2005, wilayah kelola SHK Lestari di Tahura WAR belum mendapat kepastian status hak pengelolaan. Dalam kurun waktu hampir 40 tahun sebelum kawasan yang meliputi Gunung Betung, Gunung Ulu Padang Ratu dan Gunung Pasawaran ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya, masyarakat sekitar sudah mengelola sebagian kawasan kritisnya. Pada tahun 1980-an di wilayah ini sudah menjadi model kehutanan Tumpang Sari (Departemen Kehutanan).
“Ekowisata biodiversitas dan SHK ini sebagai jalan untuk meredam konflik antara pemerintah (dinas dan pusat) dengan masyarakat yang sudah berlangsung lama”, tutur Agus saat memberikan pembukaan seminar.
Seminar sehari kelompok petani hutan ini juga menghadirkan Tubagus M Fiqri dari UPTD Tahura WAR, Duryat dari Universitas Lampung, dan Subakir dari BKSDA Lampung. Para pihak ini hadir untuk memberikan masukan atas hasil riset yang diseminarkan.
“Secara ilmiah, metode riset yang digunakan petani tidak perlu disangsikan. Petani sudah menggunakan metode ilmiah biodiversitas, ” ungkap Duryat, Dosen Biologi Unila, saat dimintai keterangan tentang hasil penelitian partisipatif masyarakat tersebut.
Hasil dari riset yang semua perisetnya adalah petani hutan SHK Lestari tentang biodiversitas ini menunjukkan adanya keanekaragaman hayati yang tinggi di wilayah kelola SHK Lestari. Ditemukan 206 jenis tumbuhan (175 pohon, 31 semak, herba dan liana), 157 tanaman obat, 23 jenis satwa liar, dan 82 jenis burung.
Tubagus M Fiqri dari Dinas Tahura WAR menyebutkan, persoalan status hak pengelolaan ekowisata SHK Lestari masih hanya bisa diikat dengan nota kesepahaman (MoU-Memorandum of Understanding) antara dinas dan petani hutan, seperti model pemanfataan Tahura WAR oleh pihak lain semisal hutan pendidikan oleh Unila. (tJong/Scw/Koer)