K.P. SHK

Mari Kampanye Rotan

Masyarakat pinggir hutan sangat bergantung pada alam dalam memenuhi  kebutuhan hidupnya. Penghasilan mereka didapat dari berkebun sayur-sayuran dan buah-buahan, mengumpulkan rotan, mencari ikan (nelayan rawa atau danau), berdagang, dan membuat kerajinan tangan (pengrajin). Hutan telah menjadi satu dengan jiwa masyarakat dan menjadi sumber kehidupan. Masyarakat pinggir hutan dengan kearifan lokal dan pengetahuan yang dimilikinya dan diturunkan dari generasi ke generasi terus berusaha mengelola hutan dengan tetap berdamai dengan cara menjaga kelestarian hutan, salah satunya dengan menjadi pengumpul rotan.

Meskipun begitu, kehidupan masyarakat pinggir hutan tidak terlepas dari masalah. Masalah yang mereka alami adalah negara tidak berpihak kepada petani dan pengumpul rotan yang merupakan pengelola sumber daya alam utama dan langsung. Pemerintah cenderung sangat tidak ramah kepada petani walaupun petani merupakan mayoritas dan kontributor utama bagi sistem ekonomi negara dan perjalanan demokrasi sutau negara. Dibandingkan dengan Indonesia yang merupakan negara agraris, negara-negara maju yang mengandalkan industri dan memiliki penghasilan per kapita yang sangat besar umumnya memproteksi petaninya yang notabene walaupun petaninya hanya sedikit jumlahnya. Inilah paradoks pembangunan yang sangat merisaukan dan mengiris hati.

Fakta lain yang tak kalah menyedihkan, bahwa banyak lahan rotan sudah dikonversi menjadi tambang batu bara dan perkebunan sawit karena banyak petani beranggapan rotan sudah tidak menguntungkan lagi. Hal ini telah berlangsung sejak tahun 2004 dan pemilik lahan menjualnya dengan harga sekitar 12 sampai 15 juta per hektar.

Jadi sudah selayaknya pemerintah daerah dan pusat mengkampayekan dan mempromosikan  penggunaan mebel rotan untuk membendung produk mebel China (yang sejak mampetnya ekspor rotan Indonesia, China mulai mengambil alih pasar internasional). Pemerintah daerah atau pusat bahkan dapat menganjurkan berbagai tempat-tempat bisnis dan hotel untuk menggunakan mebel rotan. Ini merupakan strategi yang dianggap cukup signifikan untuk mengangkat kembali masa kejayaan rotan.

Karena industri rotan pernah memberikan kontribusinya yang sangat berarti sebagai bahan baku dan barang jadi, maka sudah selayaknya rotan juga dapat memberi manfaat yang sangat besar dalam memberi nilai tambah pada sektor ekonomi. Hal ini sangat penting bagi pengrajin dan pengusaha rotan.

Dalam hal desain ada baiknya pengusaha rotan mulai mendesain ulang mebel rotan, membuat inovasi-inovasi dengan desain baru yang selain artistik juga tidak menghilangkan nilai fungsionalnya. Dengan demikian, diharapkan pangsa pasar baik lokal maupun internasional dapat terbuka kembali dan Indonesia dapat mengulang masa kejayaan rotan. Semoga selain sebagai eksportir terbesar bahan baku rotan, Indonesia juga dapat menjadi produsen mebel rotan berkualitas tinggi yang diakui dunia. Mungkin perlu dibuat semacam Visi Rotan Indonesia Jaya 2015, seperti layaknya Visi Indonesia Sehat! (Ronald)

Leave a Reply

Lihat post lainnya