Beberapa tahun lalu, di Desa Buntoi dan Kelurahan Kalawa, sekelompok kecil warga mulai membudidayakan madu kelulut. Mereka belum terorganisir, alat seadanya, dan hasil panen masih jauh dari standar. Stup-stup madu sering hilang dicuri, lebah kelulut pun terbang pergi dan tak kembali. Kadar air madu bisa mencapai 90 persen, menyebabkan nilai jual rendah dan sulit dipasarkan. Penjualan hanya mengandalkan pameran, dari mulut ke mulut, dan belum ada strategi pemasaran yang pasti. Bantuan alat pernah datang, tapi tanpa pelatihan, alat itu tidak memberi dampak berarti.
Perubahan perlahan dimulai sejak Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Madu Buntoi dan Kalawa mendapatkan pendampingan dari KPSHK melalui Program Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut. Pendekatan yang dilakukan dimulai dari akar, memperkuat kapasitas manusia dan organisasi terlebih dahulu. Selama tahun 2022 hingga 2024, KPSHK memfasilitasi berbagai pelatihan, mulai dari penyusunan rencana usaha (business plan), pemasaran madu, livelihood plan, manajemen dasar, hingga pelatihan teknis budidaya madu, identifikasi pakan lebah, dan pengolahan produk.
“Dulu kami hanya punya alat, tapi tidak tahu cara menggunakannya. Sekarang kami paham cara budidaya, panen, mengemas, bahkan menjual madu kami sendiri,” kata Salumbu W. Ugang, Ketua KUPS Madu Buntoi, mengenang masa awal kelompoknya berjalan sendiri.
Pertemuan bulanan pun rutin dilakukan. Anggota berdiskusi, berbagi perkembangan, dan mendapatkan masukan dari tim ekonomi dan kelembagaan KPSHK. Pendampingan tidak sekadar memberi, tapi juga menemani dalam proses tumbuh bersama.
Melyasie, anggota KUPS Madu Buntoi, mengungkapkan pentingnya ruang belajar kolektif yang dibangun dalam pendampingan ini. “KPSHK sudah mendampingi dan memantau kami secara rutin. Salah satunya lewat pertemuan bulanan yang membahas dan meng-upgrade informasi produk yang kami miliki.”
Perubahan tidak hanya terjadi dalam pengetahuan, tapi juga dalam komitmen dan struktur. KUPS kini memiliki pengurus lengkap, sistem kerja yang tertata, serta strategi produksi dan distribusi yang jelas.
Menurut Rokhmond Onasis, Ekonomi dan Kelembagaan Manager KPSHK, pendekatan bertahap ini menjadi kunci keberhasilan.
“Kami mulai dengan memberi dan membekali pelatihan terlebih dahulu untuk membentuk komitmen KUPS. Tahun 2022–2024 adalah masa penguatan melalui pelatihan, dilanjutkan dengan pemberian barang stup sebagai modal,” jelasnya.

Pada tahun 2025, KPSHK turut memfasilitasi pengembangan budidaya dengan menyalurkan 19 stup madu kelulut untuk KUPS Buntoi, 15 stup untuk Kelurahan Kalawa, dan 16 stup untuk Kaphil Desa Mantaren 1. Juga disediakan 22 tutup stup, 50 tiang kayu ulin, dan 50 papan alas stup. Untuk mendukung ketersediaan pakan lebah, ditanam pula 45 bibit bunga kaliandra di Buntoi, 26 bibit di Kalawa, dan 50 bibit di Mantaren 1.
Tidak hanya di Buntoi, perubahan juga dirasakan di Kalawa. Purnawati, Ketua KUPS Madu Kelulut Kalawa, menyampaikan dengan penuh keyakinan,
“Kami tidak hanya menghasilkan madu, tapi juga menjaga hutan yang menjadi sumber penghidupan kami.”
Ia menambahkan bahwa menjaga hutan adalah bagian tak terpisahkan dari budidaya kelulut. Asap dari kebakaran hutan dapat membuat lebah pergi meninggalkan sarang, sehingga menjaga lingkungan berarti menjaga kelangsungan produksi.
“Sejak ada pelatihan dari KPSHK, kami belajar bahwa menjaga hutan adalah bagian dari usaha kami. Kalau hutan rusak, tidak ada lebah, tidak ada madu,” lanjut Purnawati.
Kini, KUPS Madu Buntoi sudah mampu memproduksi madu dengan kadar air antara 15–20 persen. Proses panen, penyaringan, dan pengemasan dilakukan bersama-sama, menggunakan peralatan yang sesuai standar. Inovasi produk pun mulai dikembangkan, seperti madu wine, permen madu, dan es madu.
Transformasi ini menjadi bukti bahwa dengan pendampingan yang tepat, masyarakat bisa naik kelas. KUPS yang dulunya hanya bergerak secara sederhana, kini berkembang menjadi kekuatan ekonomi lokal yang terstruktur dan berdaya. Dari tetes-tetes madu yang dihasilkan dengan tekun, tumbuh harapan akan hutan yang tetap lestari, komunitas yang semakin mandiri, dan masa depan yang lebih baik.
Penulis: Alma
Editor: JW