Tak jauh dari persimpangan jalan antara Tumbang Liting dan Sungai Kasongan. Kira-kira 10 Km dari Rumah Sakit Umum Katingan yang letaknya di kiri jalan setelah Jembatan Sungai Kasongan dari arah Kawasan Perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan, di Kasongan. Dengan berkendara mobil, Desa Tumbang Liting, Kecamatan Katingan Ilir, dapat ditempuh tak lebih dari 15 menit perjalanan.
Genangan air hasil luapan Anak Sungai Kasongan yang dalam tiga bulan terakhir ini selalu banjir membuat Balai Desa Tumbang Liting yang berada di pinggir jalan aspal utama desa bak rumah di atas air. Begitu pula kondisi di kanan-kiri jalan, rumah-rumah warga tergenang air luapan. Desa Tumbang Liting banjir sudah seminggu saat penulis menemui tiga orang perempuan yang sedang berada di Balai Desa (29/10).
Dua dari tiga perempuan tersebut adalah pengurus Kelompok Kerajinan Rotan Hapakat yang baru dibentuk empat bulan lalu atas inisiatif Kepala Desa Tumbang Liting. Rusina (36 th) seorang ibu muda Sekretaris Hapakat dan Niawati (45 th) sebagai Ketua Hapakat.
“Boleh saja, silahkan foto-foto dan tanya-tanya, kami tidak sedang begitu sibuk. Ini sedang latih saja biar tidak lupa. Maklum ini keahlian baru yang diajari ke kami, ” sahut Rusina sambil menunjukkan beberapa hasil kerajinan rotan hasil pelatihan kelompok Hapakat selama empat bulan di Balai Desa Tumbang Liting.
Selain Kelompok Hapakat yang dibentuk dan dibina Perusahaan Daerah Katingan Jaya Mandiri (PD.KJM), ada satu kelompok lagi yaitu Kelompok Karya Liting. Masing-masing kelompok ini beranggotan sembilan orang. Hampir semua anggota dua kelompok pengrajin rotan tersebut adalah perempuan. Anggota laki-laki hanya empat orang di dua kelompok tersebut.
“Kami ikut pelatihan Jamsostek ini mulai April tahun ini. Didukung BI dan KJM. Menganyam mudah. Dan untung ada pelatihan ini, biar kalau banjir begini punya kegiatan. Saat banjir kami perempuan tak bisa pergi ke ladang ambil rotan atau deras karet. Daripada begitu, menganyam aja, ” tutur Niawati.
Kerajinan-kerajinan hasil pelatihan dua kelompok tersebut kemudian dibeli oleh KJM. Bekerjasama dengan BI (Bank Indonesia) KJM memberikan pinjaman lunak kepada kelompok sekaligus menampung hasil kerajinan rotan yang kemudian akan memprosesnya lebih lanjut dan memasarkannya. Pinjaman lunak kepada kelompok untuk penyediaan bahan baku kerajinan rotan yaitu rotan yang sudah berbentuk pitrit atau core (hati rotan berdasarkan ukuran besar-kecil diameter untuk anyaman).
“Kami dipinjami uang untuk beli pitrit dan core dari KJM. Baru kami menganyam. Nanti hasilnya kami jual ke KJM dengan dipotong uang pinjaman. Untungnya setengah dari harga bahan. Pitrit sekilo 16 ribu rupiah, core 14 ribu rupiah, semuanya dibeli di Kasongan, di KJM,” jelas Rusnia.
Di sela-sela tanya-jawab penulis dengan dua orang perempuan pengurus Hapakat, tampak seorang lagi sibuk berlatih menganyam. Gerakan tangannya yang lihai, tampaknya perempuan yang satu ini lebih dari empat bulan menggeluti keahlian menganyam.
“Sudah foto saja, tapi jangan suruh liat ke depan. Malu saya, tidak biasa difoto, ” sergah perempuan anggota Hapakat yang tak sempat tercatat namanya oleh penulis.
Letaknya yang tak terlalu jauh dari Muara Sungai Kasongan, Desa Tumbang Liting yang wilayah perkampungan dan lahan produksi masyarakatnya berada di pinggir Anak Sungai Kasongan, memberikan peluang masuknya pengaruh pembangunan yang lebih cepat dibanding desa-desa lainnya di Kecamatan Katingan Ilir. Desa dengan jumlah penduduk perempuan 533 orang dan laki-laki 690 orang ini telah diperkenalkan alternatif ekonomi dari pengembangan kerajinan rotan, semoga. (TP)