K.P. SHK

Dulu Cuma Patroli, Sekarang Kami Tahu ke Mana Melangkah

Dulu, patroli hutan di Desa Mantaren I dilakukan seadanya. Anggota tim penjaga hutan berjalan menyusuri kawasan hutan hanya berbekal insting. Tidak selalu membawa alat komunikasi, kadang mencatat, kadang tidak. Informasi tentang apa yang ditemui di lapangan sering kali hanya tersimpan di ingatan masing-masing, tanpa data tertulis, apalagi peta.

“Dulu kami cuma jalan keliling hutan, kadang bawa HT, kadang enggak. Tapi sekarang, kami tahu cara baca peta digital, tahu cara ngisi data, tahu titik rawan di mana. Rasanya beda,” kata Asiswan, anggota tim penjaga hutan yang mengikuti pelatihan.

Perubahan itu dimulai pada 23 Juni 2025, ketika KpSHK melalui Program Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut (PTEHG) menyelenggarakan Pelatihan Penjaga Hutan. Fokus utama pelatihan ini adalah meningkatkan kemampuan teknis para penjaga hutan dalam menggunakan dua alat penting: GPS dan aplikasi Avenza Maps. Keduanya dikenalkan sebagai perangkat pendukung patroli dan pengamanan hutan yang berbasis peta dan data lapangan.

Pada awalnya, banyak peserta mengira bahwa cukup mempelajari salah satu alat. Namun, dalam pelatihan mereka segera memahami bahwa GPS dan Avenza adalah dua alat yang berbeda, dengan fungsi yang saling melengkapi. GPS digunakan untuk mencatat dan menelusuri jalur patroli, agar mereka tahu dengan pasti daerah mana saja yang telah disisir dan bagaimana pola pergerakan tim di lapangan. Sedangkan Avenza Maps digunakan untuk mencatat titik-titik temuan penting, seperti jejak satwa, kerusakan hutan, atau lokasi rawan kebakaran berdasarkan koordinat. Dengan Avenza, mereka bisa membuka peta secara offline dan menandai langsung di lapangan dengan akurasi yang tinggi.

“GPS untuk track, Avenza untuk titik. Kalau hanya pakai satu, data kita pincang,” ujar Alfian, fasilitator pelatihan dari KpSHK.

Pelatihan dilaksanakan secara menyeluruh. Setelah menerima teori dasar di ruangan, para peserta langsung diterjunkan ke lapangan untuk praktik. Mereka belajar menyalakan dan membaca GPS, mengukur jarak, menandai jalur, mengimpor peta ke dalam Avenza, dan menempatkan titik-titik koordinat sesuai dengan temuan di lapangan. Semua data itu kemudian dicatat secara rapi ke dalam tallysheet, format pencatatan standar yang juga mereka pelajari untuk pertama kalinya.

Sebelum pelatihan, banyak dari mereka yang belum pernah menyentuh perangkat GPS, apalagi membaca peta digital. Namun kini, setidaknya separuh dari anggota tim sudah menguasai penggunaan alat dan mampu membaca serta mencatat data secara mandiri. Mereka tidak lagi hanya berjalan tanpa arah, tetapi tahu ke mana harus pergi, apa yang harus dicari, dan bagaimana menyampaikan informasi secara sistematis.

Pelatihan ini pun menjadi titik tolak perubahan. Tim penjaga hutan kini siap menjalankan patroli rutin yang dimulai pada Agustus, lengkap dengan kontrak kerja, sistem pelaporan, serta pembagian tugas yang lebih jelas. Mereka juga mengusulkan patroli terpadu selama dua hari untuk menjangkau kawasan Sebangau, dan menyampaikan kebutuhan akan teknisi alat di tiap desa agar pengelolaan tetap berjalan dengan baik.

“Kami bukan lagi penjaga bayangan. Kami penjaga sungguhan, dengan alat, ilmu, dan tanggung jawab,” ucap Saldi, perwakilan LPHD Mantaren I, menutup cerita perubahan yang telah mereka jalani bersama.

Penulis: Alma
Editor: JW

Leave a Reply

Lihat post lainnya