K.P. SHK

Anjat Rotan Eheng

Sambil menggerus beras pengganti bedak bagi anak keduanya yang masih berumur kurang dari setahun di pangkuannya, Laurentina (24 tahun) menerangkan kegiatannya sebagai pengrajin rotan.

Menurut Laurentina, kerajinan yang berupa tas khas eknik setempat (dayak benuaq) berbahan anyaman rotan sudah lama dikembangkan di Kampung Eheng, Kecamatan Damai, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bahkan tas-tas rotan itu kini cukup digemari para pendatang dari luar.

“Saya sudah lama buat anjat (tas khas etnik dayak -red). Dan sekarang tidak hanya itu, tas lain juga. Banyak yang pesan dari luar. Jadi tergantung pesanan,” terang Laurentina tentang kerajinan anjat rotan di warung sekaligus rumah sementaranya di pinggir jalan raya Damai-Eheng (23/3).

Tidak hanya keluarga Laurentina, keluarga lain pun mengembangkan kerajinan rotan. Selain sebagai daerah pariwisata alam, Eheng juga merupakan tempat dimana masyarakat adat setempat membudidayakan rotan.

“Rotan lekat dengan tradisi kami, orang dayak. Membuat anjat, tikar anyaman dan keranjang rotan sudah sejak jaman nenek moyang. Rotan tumbuh dimana-mana. Di depan rumah banyak,” timpal Fatma (45 tahun), salah satu Dewan Pengurus P3R (Persatuan Petani dan Pengrajin Rotan) saat menemani penulis ke Kampung Eheng.

Kutai Barat Penghasil Rotan

Rotan asalan dan kerajinan rotan di Sendawar, ibu kota kabupaten lama, sudah cukup terkenal di luar Kabupaten Kutai Barat. Di tahun-tahun sebelum 2000-an, sebelum maraknya pembangunan perkebunan sawit di Kutai Barat, rotan menjadi sektor andalan di Kutai Barat.

“Saya sudah sering bicara pada Pak Camat dan Pemerintah. Sawit jangan sampai masuk dua kilo meter ke kebun rotan masyarakat. Karena sawit akan mematikan rotan di Kutai Barat,” tutur Fatma dengan mimik yang berapi-api sebagai kekesalannya terhadap maraknya operasi perkebunan sawit di Kutai Barat.

“Anjat tujuh puluh lima ribu, takrau empat puluh lima ribu. Untuk bola takrau saat PON (Pekan Olah Raga Nasional) kemarin banyak pesanan dari Samarinda. Mereka bilang, bola rotan lebih awet dibanding bola dari plastik,” cerita Laurentina tentang harga jual dan ketertarikan pemesan kerajinan rotannya.

Rotan yang masa panennya dua hingga tiga tahun menyebabkan pemenuhan bahan kerajinan perlu disiapkan khusus. Pengrajin yang bukan sekaligus petani rotan, untuk mendapatkan rotan sega sebagai bahan anyaman biasanya membeli kepada petani rotan. Laurentina memilki kebun rotan, namun untuk kebutuhan bahan anyaman kerajinan di tahun ini terpaksa membeli ke petani lain. Dan beberapa rotan tertentu sudah jarang ditemukan karena beberapa petani banyak beralih menjadi buruh perkebunan sawit yang berada di sekitar Kampung Eheng hingga mengabaikan kebun rotannya.

“Rotan sega di kebun saat ini baru berumur muda. Sudah dipanen dua tahun lalu. Buat anyaman yang sekarang beli tiga bulan sekali ke tetangga, seratus potong dua puluh lima ribu. Apalagi sekarang, orang banyak kerja ke sawit,” ungkap Laurentina dalam memenuhi bahan baku rotan untuk kerajinannya.

Leave a Reply

Lihat post lainnya