Perlahan matahari bergerak ke arah barat yang menunjukan pukul 14.00 WIB dan terdengar ces…ces…ces… suara gemericik air sungai Kahayan yang beradu dengan perahu baling-baling 3 yang berdiameter 1 jengkal tangan orang dewasa. Tampak dua pria duduk diatas perahu yang bergerak searah arus sungai menuju Handel Mahikei. Pria berkaos abu hitam lengan panjang mengemudikan perahu ditengah ketenangan aliran sungai. Namun, sinar matahari yang masih memancarkan teriknya membuatnya mengenakan topi sebagai penutup kepalanya. Pria tersebut adalah Katno (40th) seorang petani yang bergabung sebagai Tim Patroli Hutan Desa. Pria kedua yang mengenakan kaos kuning berlengan panjang merah bernuansa pemilihan umum caleg pada 4 tahun sebelumnya juga mengenakan topi. Sebut saja pria ini Alius (32th) sebagai mantir adat Kelurahan Kalawa yang juga Tim Patroli Hutan Desa.
Darah Dayak mengalir kental dalam diri dua pria ini yang terlihat membawa segiempat anyaman bambu berukuran jari kelingking. Tidak jauh dari anyaman tersebut terdapat ember hijau yang berisi dua helai daun sawang yang diikat erat. Sudah dipastikan keduanya akan melakukan ritual yang memiliki tujuan baik. Sesungguhnya arah tujuan perahu ke Hutan Desa Kalawa, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Ritual yang dilaksanakan hari itu adalah ritual memasang ancak di hutan desa. “Ritual memasang ancak sudah menjadi kebiasaan suku Dayak, ritual ini bertujuan untuk permisi atau meminta ijin kepada leluhur atau penghuni alam yang tak kasat mata di hutan desa. Agar tim patrol hutan desa dapat bekerja lancar, menolak bala, jauh dari bahaya dan tidak diganggu saat melakukan aktivitas di hutan desa”, tutur Alius selaku Mantir Adat Kelurahan Kalawa.
Katno menambahkan bahwa melakukan ritual memasang ancak dilakukan karena dalam waktu dekat akan ada pelaksanaan patroli hutan desa yang dibentuk oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Kalawa. Patroli hutan desa merupakan program untuk menjaga hutan tetap lestari. Program ini tidak lepas dari keterlibatan semua pihak sehingga selain alam yang dilestarikan, tentu masyarakat aday dan budaya harus dipertahankan.
Bahan ancak yang digunakan terbuat dari anyaman bambu diatasnya berlapis helaian daun pisang, kemudian satu ekor ayam jantan merah yang sudah direbus dan gelas berisi beras. Lalu, beras ketan merah dan putih, kue cucur, satu botol kecil softdrink fanta, air putih, sirih, pinang dan rokok secukupnya. Bahan-bahan alami ini ada yang di letakkan di atas baskom plastik, gelas plastik. Ada juga beras yang telah dibungkus kain putih sebanyak 7 balutan dan telur ayam kampung yang telah direbus.
Semua bahan diletakkan diatas ancak dan diikatkan setingga dada pria dewasa. Tiga tiang yang diambil dari kayu galam ditancap kokoh dan dililit erat menggunakan tali rotan. Kemudian, Alius mengucapkan doa dan permohonan kepada para leluhur untuk membantu proses kegiatan patroli pengamanan Hutan Desa Kalawa dapat berjalan lancar.
Ritual memasang ancak tidak akan berjalan jika alam rusak dan tidak dijaga. Mengutip kata orang bijak, jika jaga hutan maka hutan akan menjaga kita. Salam lestari.
#KPSHK-Onasis