Biar Bini Hidupi Laki
Tak adanya Mamat untuk sementara waktu telah membuat Masuya, 35th, serasa memikul beban hidup yang lebih berat. Masuya, istri dari Mamat yang ditangkap polisi dan dipenjara karena tuduhan sebagai penggerak aksi penolakan masuknya perkebunan sawit PT. Persada Sawit Mas beberapa tahun lalu di (OKI) Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, pontang-panting meneruskan kehidupan keluarganya.
“Saya sudah sempat larang Mamat untuk cepat balik. Sepulang dari Jakarta ikut pelatihan, Mamat ditangkap polisi. Mamat dibilang pimpin aksi tolak sawit,” ujar Masuya ibu beranak satu di salah satu kediaman warga di Desa Talang Nangka, Pangkalan Lampam, OKI.
“Keributan itu terjadi begitu saja. Para preman suruhan perusahaan masuk kampung dan membubarkan aksi,” lanjut Masuya sambil berkaca-kaca sedikit menjelaskan soal kejadian aksi penolakan masuknya perusahaan sawit ke desanya yang menyebabkan tertangkapnya 3 orang warga desa yang dituduh sebagai pelaku onar yaitu Nursiha, Mamat (suami Masuya) dan Bitin setelah kejadian usai.
“Mamat dikenai 7 tahun penjara. Kini sudah 2,5 tahun dijalaninya,” imbuh Masuya yang setelah Mamat dipenjara, dirinya berkerja lebih keras untuk menghidupi keluarganya dengan memburuh dan mencabut rumput di ladang orang lain dengan upah sebesar 20 ribu sehari dan tak tentu.
“Biar bini hidupi laki, biar anak bisa lanjut sekolahnya. Walau jadi suruhan di ladang orang, ” ungkap Masuya soal hidupnya kini dengan suara meninggi dan sedikit bergetar.
Masuknya PT. Persada Sawit Mas ke 6 desa di Pangkalan Lampam, tak hanya menuai penolakan masyarakat. Tetapi, masyarakat sekitar juga merasakan berbagai penurunan kualitas sumber pencaharian mereka.
“Dulu saya enak. Sehabis deras karet bisa antar nasi untuk Mamat yang cari ikan di rawa. Sejak kanal-kanal perusahaan ada, ikan tak ada. Orang di sini hanya mandi-mandi saja di kanal itu,” terang Masuya soal adanya kanal perusahaan yang mengurangi keberadaan ikan rawa.
“Mamat termasuk yang sering keluar desa. Memang dulu sempat merantau ke Jawa. Sekolah SMA di Bandung. Sejak ketemu saya aja dia tak mau merantau,” urai Masuya yang kini juga menggantikan semua pekerjaan Mamat di keluarganya seperti berkayu, menarik gerobak kebo dan bertanam karet.
Sebelum mengakhiri penuturannya kepada penulis, Masuya menarik tangan penulis seraya berbisik, “Saya hanya akan urus Mamat, biar orang tak urus saya.” (tJong)