K.P. SHK

Rotan Keladan

Rotan bukan komoditas yang langka terutama di wilayah Kalimantan Tengah. Setiap kampung atau desa di Kalimantan Tengah mengusahakan tanaman dan tumbuhan rotan.

“Rotan tumbuh dan banyak bila ada tegakan pohon. Di kampung kami, Keladan, rotan banyak. Hampir setiap keluarga bisa anyam keranjang dan tikar, “ ungkap Tomo (37 th), petani rotan asal Desa Keladan, Kecamatan Mentangai, Kapuas, Kalimantan tengah saat di temui di kantor YPD (Yayasan Petak Danum) di Kapuas (16/3).

Petani rotan di Keladan sekaligus menjadi pengumpul. Rotan dari Keladan biasanya dijual petani ke Mentangai. Atau pengumpul dari Mentangai datang ke Keladan. Mentangai adalah kota kecamatan dimana rotan-rotan dari Hulu Kapuas diperdagangkan. Dari Mentangai, rotan-rotan dikirim ke Banjarmasin ke pedagang-pedagang besar.

“Rotan melimpah, kalau hanya untuk buat keranjang dan tikar rumahan tak perlu banyak. Biasanya jual rotan bila ada yang pesan,” jelas Uhing, (40 th), petani rotan yang saat ditemui penulis sedang berada di Kapuas untuk urusan penyiapan Musyawarah Daerah Masyarakat Adat Kapuas yang rencananya akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini.

Mengusahakan rotan cukup memakan waktu lama bagi petani rotan. Setiap kebun rotan baru menghasilkan rotan siap panen dalam kurun waktu 3 tahun sekali. Itu pun jika kebun masih memiliki tegakan pohon. Rotan di Kapuas diusahakan saat pohon karet atau buah memenuhi tinggi kurang lebih 3 meter dari tanah.

“Selain nanam saya juga beli rotan. Setelah 3 tahun, rotan baru bisa diambil. Kurang lebih 50 ton setiap kebun,” lanjut Tomo menjelaskan waktu tanam dan panen rotan.

“Tanam rotan waktu gilirnya lama. Jadi tanam rotan saat kami balik lagi menggarap karet dari penanaman sebelumnya (ladang karet yang sudah berproduksi, red). Di rawa gambut yang ancam karet dan rotan, ya kebakaran,” jelas Uhing tentang tantangan bagi produksi rotan di Keladan.

Sejak pembukaan rawa gambut di Kalimantan Tengah lewat Proyek Lahan Gambut se-Juta Hektar (1995) masyarakat setempat selalu terancam oleh kebakaran lahan gambut. Desa-desa di Kapuas, seperti desa-desa di Kecamatan Mentangai selalu khawatir dengan ancaman kebakaran ini.

“Kami pada bulan-bulan kemarau selalu tinggal di ladang berminggu-minggu. Rotan dan karet kami perlu dijaga dari kebakaran,” sahut Uhing mengkhawatirkan datangnya masa kemarau di Kawasan Bekas PLG dan sekitarnya.

Walau kondisi berubah dan semakin rumit karena datangnya beberapa perusahaan sawit dan masih beroperasinya perusahaan pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di Kecamatan Mentangai atau di Kabupaten Kapuas, masyarakat masih mengusahakan rotan. Saat ini beberapa desa dan kampung di Kawasan Bekas PLG masih mengandalkan rotan sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat adat Mentangai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat post lainnya