K.P. SHK

Rawa Tripa Alami Kerusakan Ekologi

Persoalan ekologi kawasan rawa-gambut menjadi pokok bahasan dalam workshop multipihak “Rawa-Gambut untuk Kehidupan” di Festival Orang Rawa-Gambut se-Indonesia (21-22/4). Rawa Tripa, kawasan rawa-gambut di Nangroe Aceh Darussalam adalah salah satu yang menjadi sorotan soal ekologi dalam workshop tersebut.

“Sejak tahun 80-an, Rawa Tripa adalah areal alih fungsi rawa-gambut untuk perkebunan sawit. Hampir setengahnya masih belum dialihfungsikan, padahal di situ masih ada hutan primer,” tutur Bambang, Direktur Eksekutif WALHI Aceh saat berjumpa dengan penulis di Graha Wisata Kuningan, Jakarta (24/4).

Bambang juga menjelaskan, persoalan utama saat ini di Rawa Tripa, di Lamno, adalah soal kebakaran dan konflik kawasan. Masih beroperasinya 13 perusahaan kelapa sawit di Rawa Tripa berbenturan dengan kepentingan penyelamatan hutan primer kawasan itu. Bambang menyebutkan, tidak kurang 6.000 ha kawasan rawa-gambut yang berupa hutan primer yang belum dibuka perusahaan untuk menjadi perkebunan sawit.

“Kampung saya di Lamno. Saat orang kami ambil kayu di rawa dilarang. Tapi perusahaan yang mengaku punya ijin boleh menghabisi hutan di rawa Lamno, ” ujar salah seorang peserta pelatihan kepemimpinan anak muda yang berasal dari Lamno, saat penulis hadir sebagai narasumber Sistem Hutan Kerakyatan dalam pelatihan yang diadakan oleh YPB (Yayasan Pembangunan Berkelanjutan) di Sekolah Umum Maritim Pertama (SUMP) di Aceh Besar (29/4).

Rawannya persoalan kerusakan ekologi di Rawa Tripa juga disampaikan peserta dari Lamno yang hadir dalam Festival Orang Rawa-Gambut se-Indonesia di Bogor (21/4). Keucik Samsul mengutarakan hal ini, di daerahnya sudah sulit mendapatkan air bersih, dan lenyapnya salah satu jenis pisang khas Rawa Tripa.

“Pertemuan ini apakah tindak lanjut dari yang di lakukan YEL? Saya berharap ada kepastian tidak lanjut soal Rawa Tripa ini. Kami sudah lelah, dan tak tahu mau apa ke depan,” keluh Keucik Samsul saat menuturkan beberapa kondisi di kampungnya yang di musim kemarau pasti ada saja gambut yang terbakar.

Galih dari YEL (Yayasan Ekosistem Lestari) di Medan yang datang bersama Keucik Samsul menegaskan, kondisi ekologi Rawa Tripa semakin buruk karena akibat tidak jelasnya instrumen hukum yang ada tentang pengelolaan kawasan Rawa Tripa. Galih berpendapat sebelum Kepres No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung tidak direvisi, imbasnya akan memperburuk kawasan-kawasan yang seharusnya dilindungi. Menurutnya, Rawa Tripa adalah habitat asli orangutan Sumatera yang populasinya semakin berkurang. (tJong)

One thought on “Rawa Tripa Alami Kerusakan Ekologi

  1. sekedar koreksi…. bapak tersebut bernama samsuri, bukan samsul, dia tokoh masyarakat dan bukan geuchik….. demikian terima kasih…

Leave a Reply

Lihat post lainnya