K.P. SHK

Pohon Konservasi Penghasil Minyak Tengkawang

Tengkawang setelah dijemur, disalai dan dikempa menghasilkan minyak. Pohon Tengkawang salah-satu jenis shorea ini juga menghasilkan damar. Data LIPI menyebutkan sampai tahun 1981 Tengkawang belum dibudidayakan. Dahulu Pontianak terkenal sebagai pengekspor terbesar Buah Tengakawang.

Namun sejak kebijakan larangan ekspor buah tengkawang sekitar tahun 2012 tanpa ada regulasi yang berpihak kepada masyarakat, harga tengkawang terjun bebas bahkan tak berharga hingga dibiarkan membusuk di hutan, disisi lain ekspansi perkebunan sawit meluas dibarengi dengan maraknya illegal logging. Pohon Tengkawang yang dianggap tidak lagi ekonomis ditebang untuk dijual kayunya, kualitas kayu Tenkawang diatas meranti merah.

Tugu Tengkawang di Kabupaten Sekadau (Foto Ika IMP, 2019)

 

KpSHK bersama IMP NGO lokal di Sekadau dan Radio Dermaga Sekadau (2019) atas dukungan ICCO mencari gambaran potensi Tengkawang di Hutan Kemasyarakatan (HKm) Beganak di kawasan Hutan Lindung Gunung Naning di Desa Meragun, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.

Petani Hutan di Meragun sudah dari zaman dahulu mengenal Tengkawang, mereka menyebutnya Engkabang atau Tengkawang. Masyarakat Sekadau sendiri menyebutnya Buteng singkatan dari Buah Tengkawang.

Buteng ini menjadi maskot Kabupaten Sekadau ditandai dengan dibangunnya Tugu Tengkawang di tengah Kabupaten Sekadau, bahkan KPU Kabupaten Sekadau menjadikannya sebagai Maskot Pemilu 2020.

Ketua KPU Kabupaten Sekadau, Saban Drianus menjelasakan maskot yang dipilih telah mengikuti uji publik dan akan menjadi sarana untuk melaksanakan sosialisasi pemilu. Menurutnya untuk mengingatkan pelaksanaan pemilihan kepala daerah Tahun 2020, maskot juga sebagai identitas masyarakat Kabupaten Sekadau.

“Sejak masuknya perkebunan sawait dan maraknya illegal logging, Pohon Tengkawang mulai berkurang dan mulai ditinggalkan masyarakat” jelas Saban ketika ditemui KpSHK di Sekadau.

Pohon Tengkawang berumur ratusan tahun diamter 1-1,5 meter di Hutan Lindung Gunung Naning (Foto Ari KpSHK, 2019)

 

Audiensi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sekadau, lengkapnya disebut “Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sekadau, Kepala Dinas Drs.Sandae, M.Si, sangat memahami soal Tengkawang dan perkembangannya. Menurutnya ada 4 Jenis Tengkawang di Sekadau yang terkenal yaitu Tengkawang Tungkul, Tengkawang Taji, Tengkawang Layar dan Tengkawang Terindag.

“Kualitas Kayu Tengkawang Terindag diatas Meranti atau sekelas dengan Bankirai, sementara Tengkawang Layar sekelas Meranti Putih”, jelas Sande.

Hanya disayangkan masyarakat menjual Tengkawang yang belum diolah menjadi minyak, karena memang belum ada dukungan pemerintah untuk membantu masyarakat membuat pabrik mini, sementara hanya ada 1 perusahaan besar swasta di Pontianak yang menampung Buah Tengkawang.

Agus Aswandi Ketua HKm Beganak (Foto inal, KpSHK 2019)

 

Agus Aswandi Ketua HKm Beganak menyebutkan di Meragun dan Sekadau biasanya mereka menyebut Tengkawang atau Engkabang, menurutnya ada beberapa jenis Tengkawang, sekurangnya ada 4 jenis Tengkawang di Meragun, diantaranya Tengakwang Biasa (Tengkawang Tungkul), buahnya cukup lebat diameter buah ± 5-10cm, Tengkawang Tunjing bentuk buahnya lebih lonjong, Tengkawang Longa’k bentuk buahnya lebih kecil, Tengkawang Sloupa bentuk buahnya lebih besar.

Di Desa Meragun dan umumnya di Kabupaten Sekadau menurutnya sistem penjualan masih tradisional, yaitu penjualan langsung (buah jatuh dari pohon dan dikumpulkan), atau sebagian kecil petani menjual Temgkawang setelah disale dahulu (buah dijemur dan dikeringkan beberapa hari).

“Dalam HKm Beganak dan sekitarnya, jumlah pohon Tengkawang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan pohon” terang Agus yang menemani KpSHK masuk ke Hutan Lindung Gunung Naning.

Agus Aswandi sendiri memiliki sekurangnya 30 pohon, orangtuanya memiliki sekitar 200 pohon. Pohon Tengkawang ini merupakan salah-satu harta warisan. Usia pohonnya sudah ratusan tahun, dengan diameter batang sekitar 1,5 meter. Jenis terbanyak adalah Tengkawang Sloupa.

Sebelum larangan ekspor Tahun 2012, sekali panen bisa mencapai 10-20 ton dalam masa panen selama 2 bulanan, walau hanya 5 tahun sekali Tengkawang berbuah. Namun Tahun 2019 ini agak berbeda di Sekadau termasuk di Meragun, awal tahun kemarin (2019) sudah berbuah, kini sudah berbunga kembali, diperkirakan Tahun 2020 (Februari-Maret) musim panen Tengkawang di Sekadau. Sekitar Februaari buah mulai jatuh. Biasanyan panen tengkawang setelah panen padi (padi lokal umur panen 6 bulanan).

Tengkawang tahun ini mulai berbuah kembali sejak awal Desember 2019 (Foto inal KpSHK, 2019)

 

Mari kita dukung penyelamatan dan pelestarian pohon kayu penghasil minyak tengkawang dan damar ini selain sebagai tanaman konservasi yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani hutan di Sekadau melalui peningkatan potensi Pohon Tengkawang dan pemberdayaan Petani Hutan Kemasyarakatan.

Petani Perempuan HKm Beganak (Foto inal, KpSHK 2019)

Leave a Reply

Lihat post lainnya