Kelompok Petani Perempuan (Kelompok Wanita Tani) Bangkit Bersama di Desa Sugian dan Kelompok Petani Perempuan Wana Lestari di Desa Dara Kunci, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, turut berpartisipasi dalam peningkatan kemandirian ekonomi dan tata kelola kawasan hutan yang lebih baik dan berkelanjutan di Hutan Kemasyarakatan (HKm) Sambelia.
HKm Sambelia seluas 420 Ha, berada pada kawasan hutan produksi, salah satu potensi terbesar hasil hutan bukan kayu (NTFP) di HKm Sambelia adalah Mete (Cashew Bean), terdapat sekitar 9.240 pohon mete yang sudah produktif, namun masyarakat belum maksimal dalam pengolahan produk mete ini.
Panen mete di Desa Dara Kunci dan Desa Sugian dimulai pada bulan Juni sampai dengan November setiap tahunnya. Jumlah panen mete setiap petani berbeda, dikarenakan dalam lahan garapan tidak hanya ada pohon mete, adapula manga, sirsak, asam bahkan jagung (Foto Bayu, KpSHK. 28 Februari 2019).
Maka dengan adanya peningkatan nilai ekonomi dari “Cashew Been” akan membuat kelompok petani perempuan ini turut aktif menjaga dan melestarikan hutan. Pohon mete diketahui berfungsi sebagai resapan air dan menjadi kawasan penyangga antara pemukiman dengan kawasan hutan.
Saat ini dengan dukungan dari NTFP-EP – GAGGA, kelompok petani perempuan di Desa Sugian dan Desa Dara Kunci mulai dapat mengolah komoditi unggulan di desanya yaitu Mete.
FGD kegiatan identifikasi diversifikasi pengolahan mete (Foto Byou KpSHK, 26 Febrauari 2019).
Kelompok petani perempuan ini didampingi oleh KpSHK telah melakukan identifikasi diversifikasi pengolahan mete sesuai minat pasar lokal. KpSHK juga telah meningkatkan kemampuan kelompok petani perempuan melalui pelatihan pengolahan produk mete dan pendampingan rutin, hingga bantuan peralatan sederhana untuk pengolahan produk Mete.
Bq. Rohani Ketua Kelompok Petani Perempuan di Desa Dara Kunci (Foto Bayu KpSHK. 26 Februari 2019).
“Saya mewakili Kelompok Petani Perempuan Wana Lestari Desa Dara Kunci mengucapkan banyak terima kasih kepada KpSHK dan GaGGA, semoga dengan adanya program ini kami menjadi wanita mandiri dan berkarir” ucap Bq.Rohani, Ketua Kelompok Petani Perempuan Wana Lestari di Desa Dara Kunci.
Hadiatun Ketua Kelompok Petani Perempuan Bangkit Bersama di Desa Sugian (Foto Bayou-KpSHK. 26 Fenuari 2019).
“Mohon tetap dampingi kami dalam mengelola potensi desa yang ada” pesan Hadiatun, Ketua Kelompok Petani Perempuan Bangkit Bersama di Desa Sugian kepada KpSHK.
Hasilnya sejak awal Maret 2019, kelompok perempuan ini telah memulai mencoba mengupas biji mete menggunakan alat kacip bantuan dari GaGGA tersebut, selanjutnya April 2019 Kelompok petani perempuan ini didampingi praktisi berpengalaman dari Universitas Mataram Dr. Ir. Satrijo Saloko, MP (Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Mataram) dalam mengolah produk mete diantaranya berupa mete oven, rempeyek mete dan snack bar mete.
Kelompok petani perempuan inipun kini memahami beberapa tahapan proses dalam mengelola Produk Mete yaitu mulai dari mengacip, mengolah, mengemas dan mendistribusikan produk olahan mete mereka sendiri.

Hudiani dari Kelompok Petani Perempuan Bangkit Bersama Desa Sugian, mengatakan “Kami kelompok perempuan yang mempunyai kebun mete dari dulu hingga sekarang, baru merasakan nikmatnya biji mete pada saat ada pelatihan dari KpSHK GAGGA ini” ujarnya malu-malu. Sebab memang sebelumnya masayarakat disana menjual glondongan biji mete tanpa pernah mengolahnya terlebih dahulu menjadi produk yang dapat mereka makan sendiri.
“Semoga dengan adanya pelatihan ini kelompok perempuan bisa terus mengembangkan produknya, mempunyai jaringan pasar yang luas dan terjual hingga tingkat nasional” harap Hudiani.
Kita semua tentunya berharap penguatan Kelompok Petani Perempuan dapat terealisasi melalui dukungan NTFP-EP dan GaGGA, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan peran perempuan dalam melestarikan hutan.
#KpSHK-Byou-inal#