K.P. SHK

Penebangan Pohon Untuk HTI Sebabkan Banjir

KPSHK. Bogor, Februari 2017.

Banjir bandang kembali menghantam wilayah Kecamatan Sambelia pada 9 Februari 2017 lalu. Banjir terparah pada 11 Februari 2017 sehingga menyebabkan berbagai infrastruktur rusak termasuk jembatan terputus.

“Kondisi hari ini jembatan Sambelia putus total” Ujar Ida Laely, Fasilitator Desa Sugian “ Hari Kamis (9/2) hanya terkikis sebagian dan sempat diperbaiki kemarin pagi tapi sorenya putus total” lanjutnya (11/2).

Kondisi jembatan yang terputus akibat banjir bandang di Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (Foto Ida Laely, 11/2/2017)
Kondisi jembatan yang terputus akibat banjir bandang di Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (Foto Ida Laely, 11/2/2017)

Terputusnya jembatan  mengakibatkan  sejumlah desa terisolir seperti Desa Sambelia, Dara Kunci, Desa Sugian, dan Belanting yang berada diwilayah Kecamatan tersebut.

Banjir bandang disebabkan karena tidak tertampungnya aliran permukaan  yakni air yang mengalir dipermukaan tanah oleh sungai dan saluran air lainnya. Tidak tertampungnya air hujan diakibatkan minimnya ketersediaan tanaman tegakan kayu serta tanaman penutup tanah sehingga air tidak dapat terserap dengan baik.

Kecamatan Sambelia memiliki kawasan hutan dengan fungsi produksi. Dimana Kawasan hutan tersebut dikelola oleh Masyarakat dengan Skema Hutan Kemasyarakat (HKm) dan Perusahaan yakni PT Sadhana Arif Nusa dengan skema Hutan Tanaman Industri (HTI).

Masyarakat Desa Dara Kunci dan Sugian Kecamatan Sambelia mengelola HKm Wana Lestari seluas 420 Ha. Berbeda dengan HTI yang dikelola PT Sadhana Arif Nusa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 256/Menhut.II/2011 luas areal izin yang dikelola mencapai 1.881 Ha.

Masuknya PT Sadhana Arif Nusa sebagai penerima izin kelola oleh kementrian tidak terlepas dari konflik dengan masyarakat setempat. Lebih dari 600 KK yang mengelola kawasan hutan sebagai sumber mata pencaharian menolak adanya Perusahaan yang mengambil alih lahan yang sudah bertahun-tahun mereka garap. Selain menimbulkan dampak sosial yakni konflik, pengelolaan Kawasan Hutan yang dilakukan diduga sebagai pemicu banjir yang terjadi di Kecamatan Sambelia.

“Lahan hutan digundulkan, ditebang habis kemudian baru ditanami tanaman kayu. Penanamannya baru 2 tahun” Kata Jumahir, Ketua Kelompok Tani HKm Wana Lestari.

“Pohon-pohon yang besar diperbatasan HTI dan Hutan Lindung ditebang habis oleh PT Sadhana. Saat kami tanya kenapa ditebang katanya sudah punya izin” Lanjutnya (20/2).

Pada lahan 420 Ha masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan HKm Wana Lestari Sambelia menanam tanaman seperti Asam, Kesambi, Ketimus, Sonokeling, Sengon Buto, Jambu Mente, Mimba, Gamelina, Srikaya, Gaharu, Nangka, Cempeda, Kelengkeng, Jeruti dan kayu lokal lainnya.

Pengelolaan Hutan yang dilakukan oleh masyarakat menggunakan system Agroforestry. Agroforestry mengintegrasikan tanaman pohonan dan perdu dengan usaha tani lainnya. Didalam usaha tani dapat menciptakan sumber pendapatan tambahan, menyebarkan penggunaan tenaga kerja sepanjang tahun dan meningkatkan produktivitas usaha lain tersebut sambil melindungi tanah, air dan kehidupan liar (Beetz, 2002 dalam “Konservasi Tanah dan Air “ Sitanala Arsyad 2006).

Keberhasilan pengelolaan HKm oleh Kelompok Tani Hutan Wana Lestari ditandai dengan diberikannya sertifikat ekolabel skema Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) di tahun 2013 yang berlaku sampai dengan 31 Mei 2028. Dengan keberhasilan pengolahan Kawasan Hutan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan Dari Desa Dara Kunci dan Desa Sugian diharapkan dapat menjadi acuan bagi Pemerintah untuk bisa memberikan akses pengelolaan hutan kepada masyarakat desa lainnya yang berada di Kecamatan Sambelia dengan tetap memberikan dampingan dan bimbingan agar tercipta prinsip pengelolaan hutan lestari dan masyarakat sejahtera.

“Sudah terbukti selama bertahun-tahun bahwa HKm merupakan zona penyangga banjir. Pejabat daerah harus belajar dari bencana banjir bandang tahun 2006, 2012, dan seterusnya. Bahwa yang menahan derasnya aliran air adalah vegetasi tutupan lahan di HKm” jelas Abidin Tuarita, Kordinator Wilayah Lombok Program Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) MCA-Indonesia (11/2).

KPSHK/Nova#

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat post lainnya