KPSHK. Bogor, 12 Okt 2016
Kopi memang pahit namun penikmatnya tiada pernah mengeluh akan pahitnya. Indonesia memiliki letak geografis dan kesuburan tanah yang cocok untuk perkebunan kopi menjadi salah satu negara aktif penghasil produksi kopi. Sejalan harmonis dengan gairah indutri kopi mampu menciptakan dan meningkatkan perekonomian dari hilir hingga ke hulu.
Dibalik seduhan kopi yang kita nikmati memiliki kisah petani kopi yang telah merawat, memanen, menjemur, menyangrai, menjual ke pasar sampai bisa kita nikmati. Salah satu cerita petani kopi hadir dari KTH (Kelompok Tani Hutan) Cibulao Hijau perkebunan kopi Kampung Cibulao, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Jawa Barat. Pada diskusi serial yang diselenggarakan oleh CREATA (Center of Research on Environtment, Appropriate Technology, and Advocacy) di Bogor 12/10/2016. Produk biji kopi mereka dinamai dengan Kopi Bogor mungkin belum pupuler dikalangan penikmat kopi biasa namun tidak bagi kalangan pecinta kopi. Biji Kopi Bogor sudah menjadi pemasok rutin bahan biji kopi di salah satu kedai kopi ternama di Bogor yaitu Kedai Kopi Ranin.
Kampung Cibulao berada diketinggian 1450 m dari permukaan air laut, terdiri dari 120 kepala keluarga yang pada umumnya pekerjaan mereka berkebun teh mengapa? Sebelumnya kampung Cibulao merupakan tempat tinggal pekerja bentukan perusahaan kebun teh yang kemudian berkembang menjadi lingkungan tempat tinggal yang kian banyak penduduknya.
Hadir sebagai pembicara Arief Rahman dari P4W-IPB, menjelaskan bahwa berawal dari kerja sama Kebun Kopi dan Bike Trail dipayungi oleh Perjanjian Kerja Sama (PKS) tertanggal 04 Mei 2009 dengan lahan seluas 4 Ha. Kesepakatan kerja bagi hasil untuk Perhutani sebanyak 30 % dan KTH sebanyak 70 %. Pada awal pelaksanaannya KTH terdapat 4 orang yang aktif berkebun kopi. Namun dengan kerja keras KTH membuahkan hasil mampu mengajak anggota baru untuk ikut serta mengurus kebun kopi. Oleh karena antusiasme ini akan diusulkan perluasan lahan kebun kopi seluas 50 Ha.

“Biji kopi dijual ke pasar dengan harga 20.000 hingga 25.000 rupiah per kilogram dengan kualitas bji kopi campur. Sementara untuk memasok bahan di Kedai Kopi Ranin dengan harga 35.000 rupiah per kilogram dengan kualitas kopi merah”, jelas Yono dari Kelompok Tani Hutan Cibulao Hijau.

“Harga tersebut merupakan harga jual biji kopi di atas rata-rata dipasaran, namun nilai pemasukan tersebut belum bisa dinikmati sepenuhnya oleh para petani kopi karena biaya banyak digunakan untuk perawatan tanaman kopi”, sambung Jumpono dari KTH Cibulao Hijau.
Selain berkebun kopi KTH Cibulao Hijau juga menyediakan fasilitas Bike Trail bekerjasama dengan Perhutani. Menurut Arief, Bike Trail merupakan bidang usaha pariwisata sekaligus dapat mempopulerkan Kopi Bogor dari Cibulao. Perkebunan kopi terletak didataran tinggi memiliki udara yang sejuk serta perkebunan kopi menjadi pemandangan yang dapat memanjakan para pengunjungnya. Medan lintasan Bike Trail sepanjang 5 km mampu menantang nyali para bikers sudah menyelenggarakan event sejak 15 November 2014 sebanyak 6 kali sampai tingkat Asia bertajuk “Asian Enduro” pada 3-4 Oktober 2016.

“Harapannya Perum Perhutani melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada KTH. Mekanisme bagi hasil sesuai perjanjian kerja sama untuk kopi dan bike trail. Jangan sampai ketika kopi dari Cibulao terkenal tiba-tiba berbagai pihak baru muncul “, ujar Arief.
#KPSHK#
Terimakasih atas dimuatnya catatan ini…sekaligus kami minta ijin share kembali artikel ini di website kami dengan judul “Jejak Nyata Kopi Cibulao Puncak Bogor” http://savepuncak.org/2016/10/jejak-nyata-kopi-cibulao-puncak-bogor/
Silahkan dengan mencantumkan sumber tersebut dari website KPSHK