KpSHK (15/12/2019) bersama Institut Manua Punjung dan Ketua HKm Beganak turut serta mengiringi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sekadau, bersama Pemuda Katolik Sekadau dan Gerakan Pemuda Marhaenis Sekadau, dalam menyalurkan langsung bantuan berupa sembako kepada sekurangnya 50 rumah tangga yang terdampak banjir bandang pada Sabtu (07/12/2019) di Desa Meragun, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat.
Saat KpSHK menelusuri langsung ke Desa Meragun dibawah Kawasan Hutan Lindung Gunung Naning yang dilalui Sungai Meragun dan Sungai Taman, masyarakat menyatakan ini adalah banjir bandang terparah yang pertama sejak puluhan tahun lalu banjir tidak pernah sedahsyat kali ini.
Masyarakat Meragun yang sebagian besar juga merupakan Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Beganak yang mampu memelihara hutan dan lingkungan dengan baik dan secara legal dari pemerintah, mensinyalir banjir bandang ini dampak penggundulan hutan / lahan oleh masyarakat di desa sebelah pada beberapa tahun sebelumnya.
“Kawasan Hutan Lindung Gunung Naning yang berbatasan dengan Desa Pantok beberapa masyarakat disana masih melakukan ladang berpindah dan membuka lahan baru yang bisa mencapai luasan 1 hingga 2 hektar per titik area bukaan mereka” ini bahaya keluh Ketua HKm Beganak Agus Aswandi.
Mungkin inilah yang membuat banjir bandang juga melanda Desa Meragun karena berbatasan dengan Desa Pantok tersebut. Banjir bandang setinggi hampir 3 meter dari permukaan Sungai Meragun dan Sungai Taman menghantam rumah-rumah mereka pada malam hari (Sabtu, 07/12/2019). Korban banjir diantaranya ibu hamil dan ibu baru melahirkan serta bayinya sempat diungsikan masyarakat ke sebuah gereja di desa mereka.
Selain memutuskan beberapa jembatan, banjir bandang di Desa Pantok juga telah merusak Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan menghantam pipa induk PDAM Sirin Meragun di intake Meragun hingga rusak parah, hal ini mengakibatkan masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan penerangan, masyarakat terpaksa harus kembali memanfaatkan air dari sungai untuk kebutuhan minum dan tanpa penerangan yang memadai saat malam selama beberapa minggu ini sampai pemerintah setempat tanpa bantuan pihak lain mampu memperbaiki kembali PDAM dan PLTMH di desa mereka.
Bantuan langsung yang disalurkan Pemuda Katolik dan Pemuda Marhaenis diakhiri dengan pembagian buku kepada anak-anak sekolah. Diyakini korban banjir yang perlu mendapatkan bantuan segera selain ibu hamil dan ibu melahirkan adalah anak-anak sekolah, karena buku-buku mereka ikut rusak akibat terendam bahkan sebagian turut hanyut, sebagian mereka masih berhasil menyelamatkan ijazah dan surat-surat berharga lainnya.
Hal lain yang mengharukan pasca banjir di Meragun diantaranya tampak seorang nenek yang berusaha menyelamatkan ‘harta’ anak cucunya, mencoba mengeringkan buku-buku yang basah dan kotor dengan membersihkan dan menjemurnya di depan rumah tuanya. Disaat yang lain menjemur gabah dan kasur yang basah.
Seolah Sang Nenek mengingatkan kepada kita bahwa buku salah-satu harta yang berharga untuk menghantarkan anak cucu ke masa depan yang lebih baik. Bagi nenek ini menyelamatkan buku adalah menyelamatkan segudang ilmu.
#KpSHK:inal/ari#