K.P. SHK

Menjemput Manisnya Masa Depan

Langit Kahayan Hilir tampak cerah ketika sekelompok peternak madu berkumpul di sebuah aula sederhana. Wajah-wajah penuh semangat itu datang dari berbagai desa, Gohong, Garung, Sei Baru Tewu, Kanamit Barat, hingga Wono Agung. Mereka hadir dengan satu tujuan menyusun rencana bisnis yang akan menjadi peta jalan bagi masa depan usaha madu kelulut yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.

“Kita bukan hanya peternak madu, tapi juga pengusaha yang harus punya strategi,” ujar Syaifudin, fasilitator yang memandu jalannya diskusi. Kata-katanya membakar semangat peserta yang selama ini lebih banyak berfokus pada produksi ketimbang perencanaan bisnis.

Sesi pertama dimulai dengan pendekatan unik Aset Based Thinking (ABT). Para peserta diajak untuk menemukan kekuatan dan potensi mereka melalui proses Discovery, Dream, Design, dan Delivery. Mereka berbagi impian—dari peningkatan jumlah stup di Gohong, lahirnya 100 konten kreator di Garung, hingga harapan besar Wono Agung untuk menggelar lokakarya nasional peternak madu.

“Saya ingin lima tahun lagi bisa diwisuda S2 dan tetap menjadi peternak madu!” seru Candra, peserta dari Sei Baru Tewu dengan penuh keyakinan.

Impian-impian itu lalu diterjemahkan ke dalam rencana nyata. Mereka diajak menyusun strategi bisnis berdasarkan template dari International Labour Organization (ILO), didampingi tim KPSHK dan Syaifudin.

Sesi berikutnya diisi dengan paparan bertajuk Menguak Rahasia Sukses Usaha Madu Kelulut. Syaifudin menekankan pentingnya manajemen keuangan, pemetaan pasar, serta strategi pemasaran yang efektif. Diskusi berlangsung hangat, dengan para peserta saling berbagi pengalaman tentang tantangan yang mereka hadapi.

“Dulu, kami mencoba beternak madu hutan di Wono Agung, tapi gagal karena beruang madu merusak sarang,” ungkap Samsul, peserta dari Wono Agung.

Menanggapi hal itu, Syaifudin memberikan motivasi, “Kegagalan bukan akhir, tapi awal dari strategi baru. Mungkin ke depan, kita bisa mencari lokasi yang lebih aman atau menggunakan metode perlindungan sarang yang lebih baik.”

Meski antusias, perjalanan ini tentu tak lepas dari kendala. Salah satu desa, Purwodadi, tidak bisa mengirim perwakilan karena sulit menemukan calon peternak madu kelulut. Sebagai solusinya, dua anggota tambahan dari KUPS Madu Gohong menggantikan mereka agar ilmu dari pelatihan ini tetap maksimal terserap.

Desa Wono Agung pernah menghadapi tantangan besar dalam beternak madu hutan, terutama akibat serangan beruang yang merusak kotak-kotak sarang yang diletakkan di bawah. Kegagalan ini sempat menjadi hambatan, namun dengan semangat baru, masyarakat desa bertekad untuk mencoba kembali dengan pendekatan yang lebih strategis. Meski demikian, mereka masih menghadapi kendala dalam pemasaran, di mana sulitnya menjangkau pasar serta harga jual yang rendah membuat usaha ini kurang menguntungkan secara ekonomi. Akibatnya, banyak warga yang beralih ke usaha perkebunan sawit demi mendapatkan penghasilan yang lebih stabil.

Hasil dari penyusunan business plan ini tidak hanya berbentuk dokumen, tetapi juga komitmen nyata dari para peternak. Tim KPSHK dan Syaifudin akan merapikan dan menyusun draft final hingga awal Januari 2025. Dokumen ini nantinya akan menjadi acuan bagi LPHD, KUPS, dan calon peternak dalam menjalankan usaha madu mereka.

“Kami ingin madu dari Kahayan Hilir tidak hanya dikenal di desa, tapi juga di seluruh Indonesia!” ujar Arifin, salah satu peserta penuh semangat.

Dengan perencanaan yang matang, dukungan yang kuat, dan semangat pantang menyerah, masa depan industri madu kelulut di Kahayan Hilir tampak semakin cerah. Bukan hanya manis di rasa, tapi juga manis dalam hasil dan kesejahteraan masyarakatnya.

Penulis: Alma

Editor: JW

Leave a Reply

Lihat post lainnya