Di jantung Kalimantan Tengah, tepatnya di Kahayan Hilir, sebuah gerakan besar tengah terjadi. Melalui Program Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut (PTEHG), Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) dan KPSHK ingin mewujudkan tekad menjaga alam yang lestari dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat sekitar. Tekad tersebut disampaikan pada pertemuan antara pemangku kepentingan—mulai dari perangkat desa hingga para tokoh Masyarakat. “Pertemuan hari ini bukan sekedar duduk Bersama. berkumpul dengan satu tujuan, merajut harmoni di tengah konflik yang menggema di ekosistem hutan gambut,” tegas Mohammad Djauhari (51) Direktur KPSHK.
Program PTEHG bisa menjadi lentera harapan, bukan hanya bicara konservasi, juga mengurai konflik dan tantangan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di tingkat desa. Djauhari menyatakan, FGD identifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaian konflik SDA. “Merupakan kesempatan bagi kita semua untuk menyatukan suara dan menyusun langkah konkret dalam merawat hutan dan lahan gambut di Kahayan Hilir,” lanjut Djauhari.
Ketegangan di sekitar hutan sering muncul dari berbagai hal. Mulai dari larangan penebangan sengon, perebutan akses pengambilan galam, hingga rencana pembangunan sekat kanal di Hutan Desa Gohong, Hutan Desa Buntoi, Hutan Desa Mantaren I, dan Hutan Desa Kalawa. “Jika ada komunikasi yang lebih baik antar pengurus handel, BPD, dan LPHD, kita dapat meminimalkan gesekan dan bekerja selaras,” ungkap, Jambun (31) sekretaris Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Buntoi.
Hal penting lain untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian, tidak hanya masalah komunikasi. Kegiatan nyata seperti patrol hutan, juga semakin ditingkatkan. Termasuk mencari Solusi seperti yang dialami Desa Buntoi, yang memiliki luas hutan sekitar 7.025 hektar misalnya, sering kewalahan jika terjadi kebakaran hutan karena kekurangan anggota tim patrol. Penambahan tim patroli di kawasan hutan desa sangat dibutuhkan agar dapat menjaga keamanan hutan dan mencegah kebakaran,” ujar Karlin (75), Ketua LPHD Buntoi, dengan penuh harap.
Menegaskan forum pertemuan bukan sekadar untuk berbicara, Yanto (52), Ketua LPHD Gohong menyatakan, “Komitmen sangat penting, jika kita mau maju, kita harus saling mendukung.” Dari pertemuan tersebut, solusi bersama untuk memperkuat kapasitas, memperbaiki koordinasi, dan meningkatkan pemahaman warga tentang peran masing-masing. Solusi yang diterapkan antara lain, patroli bersama untuk mencegah kebakaran hutan, membangun sistem koordinasi lebih baik, serta sosialisasi berkelanjutan tentang batas-batas lahan dan tata aturan di wilayah hutan.
“Apa yang kita kerjakan di sini harus jadi satu tujuan,” Penyang (55), Fasililator FGD turut menyemangati. Penyang berharap, pertemuan ini menjadi pijakan, menjaga hutan identik dengan menjaga kehidupan mereka sendiri. Hutan Kahayan Hilir bukan sekadar hamparan pepohonan, melainkan simbol kehidupan yang harus dijaga bersama, demi generasi mendatang.
Penulis: Alma
Editor: JW & Kis