K.P. SHK

Kuliner Rotan

Peribahasa ‘Tiada rotan akarpun jadi’ telah melekat pada rotan sejak dahulu, membawa image rotan sebagai bahan pengikat nomor satu. Namun ternyata tidak hanya sebagai bahan pengikat, bahan baku mebel, dan bahan konstruksi bangunan, rotan pun dapat dibuat menjadi makanan yang lezat.

Makanan dari rotan biasanya dibuat dari umbutnya atau batang rotan yang masih muda. Makanan yang dapat dibuat dari umbut rotan beraneka macam seperti pakat, gulai, sayur asam, juhi singkah, sayur rotan, dan tumis rotan muda, bahkan dijadikan lalapan. Bagian dalam batang yang berwarna keputih-putihanlah yang diambil untuk dimakan. Rasanya yang gurih bercampur sedikit pahit memberi ciri khas tersendiri. Apalagi selain enak, umbut rotan juga dipercaya mempunyai khasiat obat dan dapat mencegah penyakit.

Di Kalimantan Tengah, rotan muda ditemukan di hutan-hutan dan pinggir sungai. Biasanya rotan muda banyak terdapat di daerah pedalaman, terutama di lingkungan suku Dayak. Rotan muda juga dijual di pasar tradisional, penjual sayuran keliling dan pasar besar. Rotan yang telah dikupas kulitnya kemudian diikat-ikat kecil dengan isi 5 batang, dijual dengan harga rata-rata 5 ribu rupiah per ikat.

Proses pengolahannya menjadi masakan yaitu rotan muda terlebih dahulu dibersihkan dan dibuang kulitnya. Adanya duri-duri pada batang rotan cukup mempersulit pembersihannya. Untuk menghilangkan rasa pahit, umbut rotan dapat direbus terlebih dahulu. Lalu bagian dalamnya yang agak lunak, gurih, dan berwarna putih diambil dan dipotong kecil-kecil agar lebih mudah dikonsumsi. Setelah itu umbut rotan siap dimakan ataupun dimasak menjadi berbagai macam masakan.

Masyarakat yang banyak mengolah rotan sebagai makanan adalah masyarakat Dayak terutama di Kalimantan Tengah. Kegiatan mengambil rotan telah menjadi keseharian mereka, sehingga rotan muda pun telah akrab bagi kehidupan masyarakat Dayak. Tidak heran masyarakat Dayak memiliki berbagai macam resep untuk mengolah rotan muda menjadi masakan yang khas, otentik, dan enak. Contohnya juhu singkah yang sangat enak bila dipadukan dengan ikan betok, pojak iyur gai kotok atau tumis rotan muda yang dimasak untuk menggelar upacara adat dan dipercaya dapat menyembuhkan malaria, dan sayur rotan yang dimasak dengan terong asam, ubi keladi dan disajikan bersama ikan patin atau baung yang dibakar.

Lain halnya dengan masyarakat Mandailing di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Masyarakat Mandailing mengolah umbut rotan menjadi pakat, yaitu umbut rotan yang dipotong-potong lalu dibakar di atas tungku selama 1 jam dan kemudian diambil isinya yang berwarna putih dan dihidangkan bersama santan kelapa serundeng. Namun sayangnya hidangan ini tidak bisa ditemui setiap hari. Pakat hanya dihidangkan selama bulan Ramadhan di kota Medan. Itupun dengan harga yang cukup mahal yaitu mencapai 5 sampai 8 ribu rupiah per batang berukuran 30 cm.

Nampaknya masyarakat kita cukup kreatif dalam mengolah rotan. Dari umbutnya saja dapat disulap menjadi berbagai macam masakan. Dapat dibilang rotan memiliki berbagai macam kegunaan dan manfaat mulai dari sebagai bahan kerajinan, mebel, konstruksi bangunan, bahan pewarna, tali pengikat sampai makanan dan obat. Oleh karena itu rotan menjadi tanaman yang potensial untuk dibudidayakan. Untuk itu, kita perlu melestarikan rotan dan menjadikannya bagian dari kehidupan kita. Salah satu caranya yaitu dengan melestarikan dan mempromosikan kuliner rotan.

Sumber gambar : http://tomyagung.blogspot.com/2010/11/procedure-text.html, Makanan Khas Kalimantan Tengah, Juhu Singkah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat post lainnya