Di tepian Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kalimantan Tengah, ada seorang pria bernama Jamal K. Ganti. Usianya baru menginjak 39 tahun, namun pandangannya tentang hutan dan kehidupan di sekitarnya begitu dalam, seperti akar-akar pohon yang merambat di tanah gambut. Jamal adalah ketua tim patroli karhutla Buntoi, sebuah tanggung jawab besar yang ia emban dengan bangga. Di balik senyumnya yang tenang, tersembunyi tekad yang kuat untuk menjaga hutan desa dari amukan api.
Hutan bagi Jamal bukan hanya sebatas pepohonan dan tanah. Bagi pria yang juga seorang ayah dari tiga orang anak ini, hutan adalah napas hidup, harapan, dan warisan untuk anak cucunya. Tak terhitung berapa kali Jamal menjejakkan kaki di antara rerimbunan pohon, menyusuri jejak-jejak alam dengan harapan bisa mencegah api menjalar.
Namun, ketika ditanya apa yang membuatnya rela menjadi ketua tim patroli, wajah Jamal tiba-tiba berubah. Matanya menerawang jauh, seakan mengarungi kembali waktu menuju tahun 2015. Tahun di mana kehidupannya terpanggang dalam sekejap mata. Kala itu, kebakaran hutan hebat melahap tiga hektar kebun karetnya. Harapan yang telah ia rawat selama tiga tahun, tiba-tiba habis tak tersisa oleh ganasnya api.
“Perasaan saya hancur,” ucapnya perlahan. Raut wajahnya penuh kesedihan yang terpendam, seolah bayangan api itu masih menghanguskan hatinya hingga kini.
Kebakaran itu bukan sekadar musibah bagi Jamal. Itu adalah luka yang membekas dalam, memahat trauma yang ia bawa dalam setiap langkahnya. Maka, saat kesempatan untuk menjaga hutan dan mencegah kebakaran datang melalui program “Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan dan Lahan Gambut,” Jamal tak berpikir dua kali. Menjadi ketua tim patroli bukan sekadar pekerjaan baginya, tapi bentuk perlawanan pribadi terhadap musuh yang pernah menghancurkan hidupnya.
“Saya ingin menjaga hutan ini, karena dengan menjaga hutan, saya juga menjaga kebun saya sendiri dan kebun orang lain,” ujarnya penuh semangat.
Hutan, dalam pandangan Jamal, adalah perisai, bukan hanya bagi lingkungan, tapi juga bagi kehidupan masyarakat Desa Buntoi. Dengan adanya patroli, hutan terjaga dari api, dan kebun-kebun yang telah menjadi sumber penghidupan warga desa bisa tetap lestari.
Namun, bagi Jamal, hutan bukan hanya soal ekonomi. Di sana, di setiap sudutnya yang rimbun, tersimpan kekayaan alam yang begitu berharga seperti akar bajakah, daun-daunan, hingga pucuk kayu gelam yang biasa dipakai sebagai obat tradisional.
Jamal meyakini, selama hutan terjaga, masyarakat akan terus bisa memanfaatkan sumber daya alam ini untuk pengobatan dan kehidupan sehari-hari. Hutan adalah apotek alami mereka, penjaga kesehatan yang tak ternilai.
Di tengah semua harapannya, Jamal tak lupa menyampaikan satu pesan penting.
“Program dari KPSHK ini sudah menginjak 3 tahun, saat ini kami terus waspada dan patroli siaga mencegah Karhutla dengan perlengkapan alat pemadam” katanya dengan nada penuh semangat. Baginya, keselamatan tim adalah prioritas, karena menghadapi api bukanlah tugas ringan.
Dengan tekad yang bulat dan hati yang penuh cinta pada hutan dan desanya, Jamal berjanji akan terus berjuang melawan ancaman kebakaran. Bagi Jamal, api adalah musuh yang harus dijinakkan, agar kehidupan di Buntoi bisa terus berjalan dengan damai, lestari, dan sejahtera. Kisah Jamal adalah kisah kita semua, kisah tentang manusia yang berjuang menjaga alam, agar alam pun menjaga kita.
Penulis : Alma
Editor : Joko & Aris