Catatan Syam Asinar Radjam
Pengetahuan masyarakat setempat tentang pemanfaatan hasil hutan tak sekadar dapat menjadi sumber penghidupan. Lebih dari itu, dapat pula menjaga kelestarian sebuah hutan. Inilah yang terjadi desa penghasil kertas dan sutera di tepian kota tua Luang Prabang, Laos.
Ban Xang Khong dan Ban Xieng Lek adalah dua desa yang hidup berkat pohon Po Sa (Broussonetia papyrifera). Pohon jenis murbai atau mulberry ini menjadi sumber pendapatan utama masyarakat setempat. Tepatnya menjadi bahan baku industri kertas alam dan pakan ulat sutera.
Pemanenan pohon Po Sa tidak perlu ditebang. Cukup dengan memangkas dahan. Dari sekali panen, dua hasil dapat dipetik. Kulit kayu di dahan menjadi bahan baku kertas, dan daun menjadi pakan ulat sutera.
Cara membuat kertas Po Sa
Kulit kayu ditumbuk hingga lunak seperti bubur berserat. Lalu diencerkan dengan cara dicampur air. Agar kertas yang dihasilkan kelak tampak cantik dan bertekstur, dimasukkan daun-daun dan rumput yang berbentuk khas atau kelopak bunga. Kemudian, dilakukan pencetakan kertas menggunakan kain screen yang diberi bingkai kemudian dikeringkan di bawah matahari.
Setelah kering, jadilah lembaran-lembaran kertas yang memiliki cita rasa seni. Kertas-kertas tersebut kemudian dijadikan berbagai produk kerajinan lanjutan. Bisa berupa buku notes, dijadikan “kanvas” lukisan, lampion, serta pernak-pernik yang dijadikan produk cinderamata bagi turis.
Berapa harganya? Sebuah buku notes seukuran kertas folio dengan ketebalan 1 jari dijual dengan harga 100.000 kip. Sekitar 120.000 rupiah.
Pewarna Alami
Kain sutera produk kerajinan Luang Prabang memiliki pola dan warna yang cantik. Bahan pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami, di antaranya:
• nila (indigofera), menghasilkan 7 jenis warna
• daun jati muda penghasil warna ungu
• pohon asam jawa penghasil warna pink,
• serai penghasil warna hijau muda
• kulit kayu angsana (mai doo) penghasil warna merah
• sabut kelapa penghasil warna coklat
• dll
Sebagaimana Po Sa yang menjadi pakan ulat sutera, bahan pewarna alami untuk benang sutera pun diperoleh dari kebun dan hutan sekitar Desa Ban Xang Khong dan Ban Xieng Lek.
Barangkali, kita dapat memetik pelajaran dari cara pemanfaatan hasil hutan dan kebun seperti yang dilakukan oleh masyarakat di hulu Kota Tua Luang Prabang ini. Terutama dalam hal memanfaatkan hasil hutan non kayu untuk memproduksi barang bernilai ekonomis. ###
kreatif sekali, terima kasih atas pemberian ilmunya
lupa. tampilkan kreatif2 lainnya. biar banyak cerita bermanfaatnya. di tunggu