Rantau Duo Baleh Koto Salingka Kenagarian Adat Lubuk Gadang di pimpin oleh seorang Raja yang bernama Yang Di Pertuan Maha Rajo Bungsu. Pusat kerajaan di Koto Tuo (Sungai Padi Durian Taruang) wilayah kekuasaan Raja dari Pekonina (wate) sampai ke Lubuk Gadang dan berbatas dengan Urang Nan Duo Baleh.
“Rantau Duo Baleh Koto Nagari Lubuk Gadang, kito jangan heboh ujuang jo pangka jan sampai hilang (supaya tahu hubungan kekerabatan). Nagari punyo Rajo, Ulayat punyo Mamak (Ulayat di berikan oleh Raja ke Ninik Mamak). Bukik nan tinggi lurah nan dalam tanjuang nan baliku timbulun nan barasok semua adalah kepunyaan Raja”, demikian tulis Salpayanri Direktur ICS (Institution Conservation Society) Mitra SHK di Solok Selatan dalam laporan kegiatannya kepada KPSHK (Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan), menerangkan Kedaulatan Nagari.
ICS dalam kegiatan identifikasi ekonomi-ekologi komunitas adat di Rantau Duo Baleh Koto Salingka Nagari Lubuk Gadang wilayah Ninik Mamak 36, melalui wawancara langsung dengan petani serta FGD (Focus Group Discusion) untuk mengetahui komoditi unggulan setiap komunitas masyarakat adat Nagari Lubuk Gadang (induk), Nagari Lubuk Gadang Utara, Lubuk Gadang Selatan, & Lubuk Gadang Timur.
Komoditi Unggulan Nagari Lubuk Gadang berdasarkan Profil Nagari untuk Tanaman Pangan
No. | Jenis Komoditi | Luas (Ha) | No. | Jenis Komoditi | Luas (Ha ) |
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. |
Padi
Jagung Kacang Tanah Cabe Ubi Kayu Buncis Terung Mentimun Rambutan Durian |
5.87
344 27 98 46 9 4 15 109 168 |
11.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 |
Alpokat
Mangga Jeruk Pepaya Duku pisang Manggis Tomat Nenas Bawang |
190
40 842 523 21 1.666 119 20 722 22 |
Komoditi Unggulan Nagari Lubuk Gadang berdasarkan Profil Nagari untuk Tanaman Perkebunan
No. | Jenis Komoditi | Luas (Ha) |
1.
2. 3. 4. 5. 6. |
Garda Munggu
Pala Cengkeh Pinang Karet Kelapa |
1
20 5 9 898 473 |
Masyarakat Adat Jorong Sungai Landeh Nagari Lubuk Gadang Timur menghasilkan Beras 1,6 Ton (per Ha/Thn/Org), Jagung 21-30 Ton (per Ha/Thn/Org). Jorong Sungai Lambai masyarakatnya menghasilkan Kopi 5,6 Ton (per Ha/Thn/Org), dan Pincuran Tujuah menghasilkan Karet 4,2 Ton (per Ha/Thn/Org).
Pantas sedari dulu Solok dikenal sebagai Lumbung Padi di Pulau Sumatera. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah. Keberagaman komoditas inilah yang harus terus dijaga, jangan sampai pertanian monokultur seperti perkebunan sawit menghancurkan mereka. Ingat tragedi Haiti akibat model kebijakan kapitalis.
Bahwa padi telah dibudidayakan di Haiti selama berabad-abad, dan menjadi swasembada pangan, namun kemudian Haiti dipaksa untuk meninggalkan proteksi pertanian domestik dari pemerintahnya. AS kemudian menggunakan pemerintahnya untuk memproteksi rencana-rencana mereka dalam mengambil alih pasar.
Haiti telah menjadi contoh bagaimana produsen kecil tumbang akibat korporasi pangan, hilangnya budaya pertanian subsisten menuju budaya buruh pabrik. Ironis Haiti akhirnya mengimpor 80 persen beras yang dikonsumsinya, bahkan suplai pangan tidak mencukupi hingga rakyat Haiti banyak yang kelaparan.
La Via Campesina menyatakan Kedaulatan Pangan sebagai alternatif terhadap keamanan pangan. Akses sederhana terhadap pangan tidaklah cukup, yang dibutuhkan adalah akses terhadap tanah, air, dan sumber daya. Rakyat yang merasakan dampaknya harus berhak mengetahui dan menentukan kebijakan pangan.
Pangan terlalu penting untuk diserahkan kepada pasar global dan manipulasi agrobisnis. Kelaparan di dunia hanya dapat diakhiri dengan mendirikan kembali usaha-usaha pertanian keluarga berukuran kecil dan sedang sebagai unsur kunci produksi pangan.
Sementara Ketahanan Pangan lebih mengutamakan ketersediaan stok pangan yang dalam kondisi tertentu apabila Negara kekurangan stok pangan pilihannya adalah dengan impor.
Atas nama efisiensi dan produktivitas, berkembang rezim korporasi pangan dimana perusahaan besar mendominasi produksi dan perdagangan pangan, sementara petani kecil terlantarkan.
Ketahanan pangan pada rezim korporasi pangan demi produktivias dan efisiensi telah menyebabkan berbagai masalah yang terus meluas secara global, seperti hilangnya pangsa pasar bagi produsen kecil dan berbagai dampak lingkungan.
Kedaulatan Pangan berbeda dengan Ketahanan Pangan, model produksi pertanian agro-ekologis yang berbeda dengan pertanian industri, model perdagangan pertanian yang proteksionis dan mendorong pasar lokal bukan liberal, pendekatan terhadap sumber daya genetik pertanian yang bersifat komunal, serta wacana lingkungan green rationalism bukan economic rationalism yang diadopsi oleh Model Kebijakan Kapitalis dalam Ketahanan Pangan.
SHK (Sistem Hutan Kerakyatan) meletakkan rakyat sebagai pelaku utama pengelolaan sumber kekayaan alam. Prinsip-prinsip SHK mengedepankan pemanfaatan pengetahuan dan teknologi ramah lingkungan, skala pemanfaatan sumber kekayaan alam dibatasi oleh prinsip-prinsip kelestarian dan keberlanjutan, dan keanekaragaman hayati menjadi dasar dalam pola budidaya dan pemanfaatan sumber kekayaan alam.
Terwujudnya kedaulatan rakyat dalam penguasaan dan pengelolaan sumber kekayaan alam secara berkelanjutan, adalah visi KPSHK. Kedaulatan SHK mewujudkan Kedaulatan Pangan.
Editor : Inal