Isu terkenalnya rotan Katingan di China bukan kabar burung. Semenjak Kabupaten Katingan mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Rotan patut ditelusuri potensi produksi rotan di kabupaten baru ini. Rata-rata untuk satu perusahaan pengolah rotan dapat mencapai 500 ton per bulan.
“Saya sudah lama bergelut jadi petani dan sekaligus pengumpul. Sekarang agak jarang, karena sibuk jadi Kades. 30.000 ton per tahun rotan bisa dari Katingan saja,” ujar Firman, mantan pedagang rotan di Kasongan, Katingan, Kalimantan Tengah (28/9).
Menurut data Teropong (2005), ada sekitar 61 jenis rotan yang teridentifikasi di 150 desa di Katingan. Dengan potensi produksi mencapai 600-800 ton per bulan dari masing-masing desa. 150 desa penghasil rotan tersebut berada di 13 kecamatan.
Senada dengan Firman, Kepala Sub Bidang Pengolahan dan Hasil Hutan Dinas Kehutanan Katingan, Karya Darma, mengungkapkan, “Kabupaten Katingan serius jadi Kabupaten Rotan. Pemerintah beri subsidi dengan beli rotan basah masyarakat 2000 rupiah per kilo.”
Potensi rotan yang besar tersebut menjadi dasar Pemda Katingan mendorong penciptaan Katingan sebagai sentra produksi sekaligus sentra pasar kerajinan rotan. Dengan dukungan beberapa pihak di Kabupaten Katingan saat ini ada SMK Rotan (Sekolah Menengah Kejuruan), Bank Indonesia memberikan dukungan pembinaan kelompok pengrajin rotan, dan Credit Union Palangkaraya akan menjadi mitra potensi lembaga ekonomi yang akan memberikan permodalan kepada petani dan pengrajin serta adanya Perusahaan Daerah Katingan Jaya Mandiri (PD. KJM) yang akan menampung hasil petani dan pengrajin.
“Saat ini Pemda galang pola kemitraan, peningkatan produk unggulan, dan peningkatan wirausaha di sektor rotan. Untuk jaminan pasar di luar Kalteng, Pemda buat MoU dengan Cirebon,” tutur Karya Darma.
Harga Rotan Rendah
Persoalan yang tak kunjung baik adalah harga rotan di tingkat petani di Katingan. Persoalan klasik sektor rotan ini disadari oleh Pemda Katingan. Bahkan sejak komoditas karet melonjak harganya hingga bertahan ke 10.000 rupiah per kilogram, petani yang mimiliki kebun-kebun di sepanjang bantaran Sungai Kasongan mulai beralih dari rotan ke karet. Dan ini mulai terjadi sejak 2007 yang lalu.
“Harga rotan rendah, dari dua tahun lalu petani milih tanam karet, karena harga karet tinggi. Satu kilogram rotan tidak sebanding dengan satu kilo karet, satu kwintal (100 kg) rotan harganya 100 ribu rupiah, sedang karet sekilo bisa 15 ribu,” ujar Firman.
Kondisi harga rotan dan pengolahannya menjadi tantangan ke depannya bagi Kabupaten Katingan. Bahkan untuk menggiatkannya saat ini Dinas Kehutanan Katingan perlu membutuhkan uluran tangan LSM yang bisa melakukan pemberdayaan di sektor ini.
“Kami selama ini banyak pakai data LSM. Maklum Katingan, kabupaten baru. Pengembangan hasil hutan baik kayu dan bukan kayu masih perlu penelitian. Kami berharap LSM jadi mitra Dinas untuk rotan biar berkembang,” ungkap Yansen, Kepala Seksi Peredaran dan Legalitas Hasil Hutan di Kasongan.
Tantangan untuk menggairahkan sektor rotan di Katingan sesuai dengan rencana Kabupaten Rotan ini menjadi peluang LSM membantu Pemda Katingan dalam pemberdayaan petani rotan. (TP)
Kami sangat berterima kasih kepada kpshk pusat yang telah memberitakan dan mempromosikan potensi rotan katingan sebagai dukungan kepada daerah kami dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat katingan, selain rotan sebagai tanaman konservasi yang memerlukan pohon rambatan, yang nantinya diharapkan selain sebagai sumber pendapatan ekonomi masyarakat juga menjaga kelestarian hutan. Namun dari artikel di atas perlu kami klarifikasi terhadap subsidi pembelian rotan basah itu sebenarnya masih wacana pemerintah daerah dalam mempertahankan usaha masyarakat agar fokus terhadap usaha rotan. Dan yang sebenarnya saat ini harga rotan basah di tingkat petani yang dibeli oleh para pengumpul rotan sebesar yang diberitakan tanpa adanya subsidi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan. Demikian klarifkasi ini kami sampaikan untuk diketahui bersama, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Terima kasih atas klarifikasinya. Kami akan segera memberikan beberapa catatan. Kami sedang berencana membangun site KpSHK untuk wilayah Katingan, untuk ke depannya akan ada kontak kami yang secara intens berkomunikasi dengan Dinas Kehutanan Katingan. Salam hangat. Editor-Web KpSHK.
wah, bagus industri pengolahan rotan di kab. katingan, dapat dukungan dari pemerintah daerahnya. bahkan bahkan ada kabar bahwa sudah ada industri pengolahan kayu nya.
kalo di kabupaten kotawaringin timur kira-kira kapan ya dapat dukungan yang sepenuhnya dari pemerintah daerahnya ??? supaya UPT pengolahan rotan yang ada di desa cempaka mulia Kec. Cempaga bisa beroperasi secara optimal. dan petani dapat keuntungan yang lebih.
KARINI.SAMPIT@YAHOO.COM
Dear Karini,
Semoga Kotim segera menyusul.
Salam,
tJong
Blog yang cukup menarik,saya harap kritik saran ini jangan cuma dibaca aja.Terkait Visi Katingan yes oke,coba dicermati harga rotan tidak selalu stabil kan? pemasaran yang jelas dong..contohnya di desa Tumbang Liting ada 2 kelompok wirausaha “manjawet” tadinya ibu ibu sangat antusias karen dibeli kontan oleh pihak Perusda,trus menurut mereka atas nama Pemda meminta supaya hasil kerja mereka dikumpulkan setelah itu dipasarkan/dijual.kebijakan itu membuat semangat kerja mereka merosot tajam.Mereka butuh biaya hidup dan usaha tersebut jadi kebutuhan yang menghidupkan keluarga.Saran saya tolong dicermati lagi,langkah yang tepat supaya masyarakat tetap bisa bernafas dengan penghasilan sebagai pengrajin rotan,pendukung program. Terima kasih
artikel yang membuka mata. bagus.