Maraknya perluasan dari pembangunan perkebunan sawit telah menjadikan Kalimantan Barat hampir tak berhutan. Dulu, Kalimantan yang terkenal sebagai kawasan rimba raya kini mulai berubah. Sepanjang perjalanan darat, dari batas luar kota pontianak hingga sekadau, tanaman sawit berjejer bak barisan serdadu menggantikan berjenis-jenis tumbuhan hutan (1/2).
Komunitas Adat, Dayak Desa, di dua dusun di Kabupaten Sekadau mulai resah. 48 ha hutan di tanah ulayat mereka diincar untuk perluasan lahan perkebunan sawit.
“Ini hutan kami yang terakhir. Di tiga dusun lainnya sudah diperjualbelikan untuk perkebunan sawit,” ujar Kepala Dusun Tapang Kemayau.
Hutan ulayat yang masih rimbun dengan berbagai jenis satwa dan tumbuhan kayu khas Kalimantan tersebut kini dijadikan hutan larangan. Ini sebagai upaya untuk melindungi dan menjamin keberlanjutan kehidupan dan penghidupan komunitas Dayak Desa di Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau.
“Kalau hutan ini habis, kami tak lagi bisa berladang dan bertani. Satu-satunya sumber air dan pengairan di daerah sini dari hutan ini,” sahut Kepala Dusun Tapang Sambas menegasi fungsi hutan ulayat tersebut bagi keberlanjutan pertanian di Sekadau Hilir.
Dari penuturun dua kepala dusun di komunitas Dayak Desa tersebut, sumber pangan setempat berasal dari kawasan perladangan (padi ladang) seluas 400 hektar. Bila hutan ulayat yang seluas 48 hektar itu hilang,maka tak urung sumber pangan komunitas di lima dusun di Sekadau Hilir akan musnah.(tJong)
wah 30 th yg lalusewaktu aku tinggal di ds mungguk, disekadau masih hutan belantara, sayang kalau sekarang sdh tdk ada hutan lagi padahal saya sangat merindukan hutan yang ada disekadau, saya bertugas disekadau th.81 sampai th.84 sbg tks butsi