Marak, Pencarian Gemor Saat Kemarau
Senin, 13 Juli 2009 | 04:37 WIB
Palangkaraya, Kompas – Menyusutnya air di hutan rawa gambut pada musim kemarau dimanfaatkan sebagian warga di Kalimantan Tengah untuk mencari dan menjemur kulit kayu gemor. Maraknya aktivitas warga masuk hutan ini karena jenis kulit kayu itu laris dijual untuk bahan baku obat nyamuk bakar dan dupa hio.
Berdasarkan pantauan Minggu (12/7), aktivitas warga menjemur kulit kayu gemor (Alsodophane sp) mulai banyak terlihat di ruas Jalan Tjilik Riwut antara Kecamatan Jekan Raya dan Kecamatan Marang, Palangkaraya. Ada yang menjemur kulit kayu gemor di halaman rumah, tetapi ada juga yang menjemurnya beralaskan karung di tepi jalan.
“Beberapa hari sekali datang pengumpul ke sini. Kulit kayu gemor yang sudah kering dihargai Rp 6.500 per kilogram,” kata Ima. Selepas membeli dari warga, para pengumpul kemudian menjualnya lagi kepada pengepul besar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Pada musim kemarau, suami Ima hampir tiap hari pergi ke hutan-hutan di sekitar Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan, untuk mencari gemor.
Selain menguliti kayu yang sudah tumbang, kulit gemor juga bisa dikelupas dari batang pohon muda yang masih hidup. Mengelupasnya tidak di seluruh permukaan, melainkan disisakan sebagian agar dapat disayat lain waktu ketika luka sayatan lama sudah ditumbuhi kulit baru.
Dalam satu hari, mulai pukul 07.00 hingga pukul 18.00, pencari gemor rata-rata mendapatkan satu karung kulit gemor yang masih basah dengan bobot sekitar 40 kilogram.
“Kalau sudah dijemur selama 3-4 hari, dari sekitar 40 kg gemor itu paling-paling cuma dapat 19 kg,” kata Ima.
Tahan, pencari gemor lainnya, menuturkan, gemor saat ini dapat ditemukan apabila mau masuk agak dalam ke hutan. “Kalau di tepian sudah jarang, paling tidak harus lima kiloan (kilometer) jalan kaki masuk ke dalam hutan,” kata Tahan ditemui saat menunggui jemuran gemor di halaman rumahnya.
Kepala Balai Taman Nasional (TN) Sebangau Drasospolino menuturkan, pohon gemor banyak pula terdapat di TN tersebut. “Masyarakat di sekitar TN Sebangau boleh mengambil kulit kayu gemor asal dilakukan secara berkelanjutan,” katanya.
Artinya, lanjut Drasospolino, pohon gemor tidak perlu ditebang, melainkan cukup disayat sebagian.
Hal yang sama juga diterapkan bagi warga yang ingin menyadap getah pantung, yakni tidak perlu menebang pohonnya, melainkan cukup menoreh batangnya.(CAS)
Sumber: Harian Kompas (13/7)