Musim memang tidak dapat diprediksi manusia sehingga bila musim kemarau tiba dengan jangka waktu yang sangat panjang, itu wajar. Namun, hal tersebut memengaruhi keadaan hutan karena hutan jika setiap hari disinari matahari yang terik dapat menimbulkan percikan api yang bisa melahap hutan. Hal itu menginisiatifkan Tim Patroli Karhutla Desa Buntoi untuk membuat sumur pantau dan tiang subsidensi bersama tim ahli sebagai upaya dalam mencegah karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dan pembasahan lahan gambut. Tua atau muda tidak menjadi batasan untuk menjaga hutan desa bagi masyarakat Desa Buntoi.
Terlihat 3 ces bergerak mengikuti hantaman arus sungai Sei Asem dan tampak bayangan para lelaki dengan gagah membawa peralatan yang cukup memenuhi ces yang mereka tumpangi. Sinar matahari mulai beranjak naik ke atas yang menunjukan waktu sudah mulai siang. Pada saat menuju lokasi, tim patroli karhutla juga melalui sungai-sungai kecil dimana samping kiri kanan disuguhi pepohonan yang rimbun dan hijau.
Setelah sampai pada titik yang dituju, tim patroli karhutla langsung membersihkan lokasi sampai tuntas yang akan dibuat sumur pantau dan tiang subsidensi. Sumur pantau merupakan sumur yang dibuat untuk memantau muka air tanah dan kualitas air. Sumur pantau disini dikatakan sebagai sebuah sumur yang mana proses pembuatannya dibuat dengan tujuan untuk melakukan pemantauan muka air tanah dan kondisi air tanah pada akuifer tertentu. Dengan adanya sumur pantau ini, maka akan sangat membantu untuk memastikan bahwa kondisi air tanah tidak terpengaruh, diganggu maupun dirusak oleh berbagai kondisi eksternal. Biasanya, sumur ini dibuat dengan dilengkapi dengan adanya alat pemantauan yang mana digunakan untuk mencatat perubahan kondisi air tanah atau tinggi muka air tanah (TMAT). Sedangkan tiang subsidensi adalah tiang yang ditanam pada tanah gambut untuk mengukur penurunan muka tanah.
Setelah itu, kegiatan selanjutnya yang dilakukan yaitu pembuatan tiang subsidensi dengan melakukan pengeboran pipa untuk penggalian dan pengukuran tiang subsiden. Penggalian lubang penuh perjuangan apalagi dibawah terik matahari yang cukup menyengat di lahan gambut. Dengan membuat beberapa lubang pada pipa, kemudian pipa ditutup menggunakan kawat nyamuk yang sebelumnya sudah diukur sesuai dengan lubang pipa. Jika sudah tertutup dengan kawat nyamuk, maka pipa dengan ukuran kurang lebih 2 m dimasukan ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat tinggi air pada titik tersebut. Pemilihan titik atau lokasi pengukuran juga hasil diskusi dan survei di lapangan oleh tim patroli karhutla. Kegiatan ini juga didampingi oleh tim KPSHK dan ketua LPHD Buntoi.
Selanjutnya, pembuatan sumur pantau dilakukan tidak jauh jaraknya dari pembuatan tiang subsidensi. Dengan penuh tenaga, tim patroli mulai menggali secara bergiliran agar lubang semakin dalam. Pembuatan sumur pantau dilakukan dengan memasukan besi sepanjang 5 m ke dalam tanah. Entah apa yang dipikirkan tim patroli karhutla saat menggali, mereka bercanda dan terdengar tawa yang renyah sehingga membuat semua tim patroli saling menyahut dan bergurau bersama. Menurut Karlin (68 tahun) selaku ketua LPHD Buntoi menyampaikan bahwa bekerja di lapangan sudah terbiasa dengan canda gurau bersama karena hal itu sudah menjadi rutinitas yang tujuannya untuk menghilangkan lelah dan meningkatkan semangat untuk terus bekerja.
Hari menjelang sore, akhirnya hasil yang ditunggu yakni tiang subsidensi dan sumur pantau dapat berdiri tegak di Hutan Desa Buntoi. Tampak senyum cerah dari tim patroli yang sudah berjuang dengan penuh harapan melihat tiang subsidensi dan sumur pantau yang telah selesai dipasang dan berdiri di hadapan mereka. Tim patroli karhutla Buntoi mengatakan bahwa pembuatan tiang subsidensi dan sumur pantau bukan hanya karena tugas semata yang mereka kerjakan. Tetapi ada harapan yang tersimpan akan fungsinya pembuatan tiang subsidensi dan sumur bor untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan dan menjaga Hutan Desa Buntoi bersama-sama.
#KpSHK-Alma/Azis/Feb