Catatan Syam Asinar Radjam
Hidup di kawasan rawa, membuat masyarakat Muara Siran sangat adaptif dengan alam dan perubahan musim. Pada musim hujan, sebagian besar dari wilayah desa seluas 42.201 hektar ini tergenang air. Tak heran bila desa ini disebut desa di atas air. Tetapi aktifitas warga tetap berlangsung normal. Rumah panggung yang terhubung dengan jalan berupa jembatan dari kayu ulin membuat mobilitas warga tidak terganggu.
Musim hujan yang diikuti dengan banjir mungkin mencemaskan bagi kebanyakan orang, berkebalikan dengan masyarakat Desa Muara Siran. Mungkin tak banyak yang tahu bila musim hujan yang membuat desa mereka tergenang justru membawa berkah.
Supiyani, salah satu ketua RT di desa ini mengaku pernah kebingungan. Pasalnya, suatu kali datang bantuan dari Pemerintah Kabupaten. Bantuan untuk korban banjir. Desanya memang sedang penuh tergenang air. Tapi itu bukan bencana dan tak ada korban. Hampir sepanjang tahun, sebagian besar wilayah Desa Muara Siran selalu tergenang air. Setahun sekali, pada saat datang musim hujan, saat itulah ikan tersedia berlimpah.
Pada musim hujan, air tinggi, desa tergenang, saatnya musim tangkap ikan bagi warga Muara Siran. Saatnya “panen raya” Ikan Biawan (Helostoma temminckii), Ikan Keli (Clarias betracus), dll.
Hairil, Kepala Desa Muara Siran, menceritakan pengalamannya ketika masih giat sebagai nelayan beberapa tahun silam. Pernah ia mesti bolak-balik dari desa ke Danau Siran, tempat jaring ikan dia pasang. Perahu sudah penuh dengan Ikan Biawan, tapi jaring belum semua diangkat.
“Sementara teman saya terus melanjutkan pekerjaan mengambil ikan dari jaring, saya pulang ke desa. Mengantarkan ikan yang sudah memenuhi perahu. Kemudian kembali lagi ke danau untuk mengambil sisa ikan di jaring. Hasilnya dapat satu perahu lagi.”
Ikan Biawan sebanyak dua perahu yang didapat Hairil dan rekannya hari itu kurang lebih 14 ton. Ikan dijual Rp 5.000 per kg. “Kami dapat 7 juta dalam sehari,” kenang Hairil.
Berkah ini datang dari kondisi alam Desa Muara Siran. Desa ini berada di antara dua ekosistem perairan yang besar. Pertama, Danau Siran yang menjadi hulu Sungai Siran. Kedua, Sungai Ancalong (Anak Sungai Mahakam) tempat Sungai Siran bermuara. Kondisi ini membuat kekayaan keragaman hayati cukup tinggi. Khususnya, biota perairan.
Ekosistem Danau Siran yang didominasi rawa gambut mempunyai kadar kemasaman tinggi (pH rendah) dibandingkan dengan ekosistem Sungai Ancalong. Pertemuan dua perairan ini menyebabkan Desa Muara siran melimpah dengan ikan. Ekosistem rawa gambut dan tepiannya merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground) bagi ikan.
“Selama hutan rawa gambut masih ada di Muara Siran, ikan masih akan terus melimpah,” kata Sabri, nelayan Muara Siran sambil menambatkan perahu ketika kami tiba di hutan tepi Danau Siran.
Tak heran bila kini pemerintahan dan masyarakat Muara Siran sibuk melakukan upaya merawat hutan rawa di desa mereka. ###