K.P. SHK

Anak – anak Bukit Parambo

Oleh : Robert  (Jurnalisme Warga – ICS)

 

Robert Tim Ekspedisi Penulisan Profil SHK Bukit Parambo. Solok Selatan. Foto KpSHKRobert Tim Ekspedisi Penulisan Profil SHK Bukit Parambo. Solok Selatan. Foto KpSHK

Bukit  Parambo terletak di Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatra-Barat dikelilingi  oleh lima jorong (baca:desa), yaitu Jorong Sariak Taba, Sungai Landeh, Kampuang Dalam, Bariang, dan Tanggo Akar.

Banyak masyarakat yang kehidupannya bergantung terhadap Hutan Adat Bukit Parambo.  Umumnya kehidupan masyarat disini berekonomi rendah, penghasilan kurang dari 1 juta perbulan untuk 5 orang anggota keluarga. Hidup pas-pasan bahkan untuk membeli pakaianpun mereka harus  bekerja lebih keras dari biasanya.

Rata-rata mereka bekerja sebagai petani dari sawah ke sawah dengan upah Rp.50.000,-perhari untuk kaum wanita  dan Rp.70.000,- perhari untuk kaum pria, itupun belum tentu mereka bekerja tiap hari dalam satu bulan tersebut.

Di Jorong Sariak Taba Nagari Lubuak Gadang, masyarakat menanam cabe dan sayur-sayuran di pinggiran Hutan Adat untuk makan dan minum sedangkan di dalam hutannya mereka menanam kopi dan karet untuk jangka panjang.

Robert dari ICS (Wahana Konservasi Masyarakat) yang mendapingi Aftrinal dari KpSHK (Konsersium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan) pada ekspedisi 15 s/d 21 Januari 2015 di Solok Selatan, sebagi Tim Penulisan Profile SHK Hutan Adat Bukit Parambo, Robert mengaku telah mendapatkan pelatihan Jurnalisme Warga kerjasama ICS, KpSHK & ICCO. Robert menguraikan reportasenya di Bukit Parambo sebagai sebuah Reportase Komunitas dari sisi Sosial-Ekonomi.

Manggis, Duku & Duren Hasil Hutan Sekitar di Solok Selatan. Foto KpSHK
Manggis, Duku & Duren Hasil Hutan Sekitar di Solok Selatan. Foto KpSHK

Menurut salah satu warga Sungai Landeh Nagari Lubuak Gadang Utara di kaki Bukit Parambo, yang diwawancarai Robert, mengatakan bahwa Parambo bukanlah nama asli dari bukit tersebut  tetapi bukit itu memiliki nama Palambo yang berarti pemakaman atau tempat peristirahatan. Ditandai dengan banyaknya pemakaman warga di sana, “Setiap warga yang meninggal di jorong itu dikuburkan di Bukit Palambo”, ucap seorang warga.

Memang banyak  nama yang beredar dikalangan masyarakat, ada yang menyebut Parambo adapula yang Palambo juga Pambo. Hingga sampai saat ini belum ada kepastian dari nama bukit tersebut, yang jelas Parambolah yang banyak disebut oleh umum.

Robert yang lahir di kaki Bukit Parambo di Jorong Sungai Landeh dan besar disana mengakui betapa beruntungnya masyarakat memiliki bukit ini. “Sepuluh tahun lalu Bukit Parambo tempat saya bermain perang-perangan dengan anak-anak kecil lainnya, sementara ayah mencari kayu bakar ke hutan” cerita Robert kepada Aftrinal (KpSHK) di atas mobil jip tua warisan FFI (Fauna & Flora International)  yang ditumpangi oleh 8 orang Tim Ekspedisi Penyusunan Penulisan Profil SHK Hutan Adat Bukit Parambo.

Robert yang asyik mencicipi manisnya durian hasil hutan sekitar Solok Selatan. Foto KpSHKRobert yang asyik mencicipi manisnya durian hasil hutan sekitar Solok Selatan. Foto KpSHK

Di atas mobil Robert sembari mencicipi manisnya durian dan kami menikmati manggis, dan duku yang dijual ibu-ibu dan anak-anaknya dari hasil hutan sekitar, ceritanya terus mengalir, “Sebelum ada program bantuan tabung gas dari pemerintah, dulu masyarakat mengambil kayu bakar dari Hutan Adat Bukit Parambo” komentarnya.

Robert diantara Tim Ekspedisi KpSHK - ICS di Solok Selatan. Foto KpSHKRobert diantara Tim Ekspedisi KpSHK – ICS di Solok Selatan. Foto KpSHK

Binatang di sana juga banyak seperti monyet yang mencari makanan di pinggiran hutan. Sementara Beruang & Harimau Sumatera sampai kini Tim Patroli Satwa ICS masih sering menjumpainya di TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) dan Hutan Lindung Batang Hari, yang mengapit Hutan Adat Bukit Parambo. “Kami seperti memiliki Kebun Binatang sendiri”, ceritanya. Robert dan anak-anak Bukit Parambo dapat melihat dan bersentuhan langsung dengan para satwa disini.

Editor : inal

 

 

Leave a Reply

Lihat post lainnya